Seorang pengunjung tengah bersantai dengan hammock, tepat di atas aliran air Grojogan Putri Ayu yang bersumber dari ubalan (matakamera/foto : Nganjuk Kota Bayu) |
by Panji Lanang Satriadin
matakamera, Nganjuk – Wilayah Kabupaten Nganjuk dikelilingi bukit, gunung dan hutan. Karenanya, banyak potensi wana wisata di daerah ini yang bisa terus digali.
Salah satunya yang mulai ramai dibicarakan adalah kawasan wana wisata Putri Ayu. Berlokasi di di Dusun Balo, Desa Sambikerep, Kecamatan Rejoso, wujudnya berupa kumpulan goa alami di bukit kapur, berpadu dengan aliran sungai jernih dari sumber ubalan, yang biasa disebut grojogan.
Dari pusat kota Nganjuk lokasinya berjarak sekitar 15 kilometer ke arah utara. Perjalanan bisa ditempuh selama 15-30 menit. Jika sudah sampai di Jalan Raya Jurusan Nganjuk-Bojonegoro, di wilayah Desa Sambikerep, Kecamatan Rejoso, perjalanan menuju lokasi dilanjutkan dengan berjalan kaki atau bermotor trail, sejauh sekitar 1 kilometer.
Ya, Wana Wisata Putri Ayu memang berada di tengah kawasan hutan jati yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Nganjuk.
Jalan setepak berundak tampak berdampingan dengan aliran air jernih Grojogan Putri Ayu, yang memiliki tujuh tingkat (matakamera/ source photo : Alamasedy) |
"Goa dan grojogan jadi satu paket sajian wisata," kata Suwito, pengelola lokasi yang juga menjabat Kepala RPH Balo.
Selain menikmati keindahan goa-goa alami dan segarnya aliran ubalan, pengunjung juga akan merasakan sensasi layaknya masuk ke negeri dongeng. Ini karena kawasan setempat memang menyimpan segudang cerita legenda turun-temurun.
Suwito pun tahu banyak seputar dongeng hingga kisah mistis yang menyelimuti kawasan Putri Ayu.
Salah satunya tentang Goa Putri Ayu, yang menurut cerita pada zaman lampau pernah menjadi tempat pertapaan para senopati Prabu Anglingdarma, dari Kerajaan Malawapati. Kerajaan ini diperkirakan berada di wilayah Kabupaten Bojonegoro.
Para pendekar perang itu konon sering bersemedi di dalam goa untuk meningkatkan kesaktian dan ilmu kanuragan mereka. Karena itulah, kini setiap mulut goa diberi nama tersendiri. Jika untuk pertapaan, maka dinamakan goa pertapaan. Ada pula yang digunakan untuk peristirahatan. "Nama sesuai dengan fungsinya pada masa lampau," ujar Suwito.
Berikutnya, soal nama Putri Ayu juga ada riwayatnya. Menurut Suwito, berdasarkan cerita turun-temurun, kompleks goa dan grojogan diyakini ada penunggunya. Konon adalah siluman, namun berwujud seorang wanita muda yang cantik jelita. "Karena itu namanya Putri Ayu," ujarnya.
Goa setempat juga punya sebutan lain, yakni Goa Baung. Nama itu bermula dari pengakuan warga yang sering mendengar suara gonggongan (baung) anjing setiap pukul 12. 00. Tetapi, wujud hewan tersebut tidak pernah tampak.
Menarik? Jika sedang berada di Nganjuk, tak ada salahnya mencoba sensasi berpetulangan di negeri seribu dongeng ini. Saat ini pengelola sudah membuka loket rintisan untuk pengunjung, dengan tarif Rp 5 ribu per orang.(ds/ab/2017)
Klik untuk Lihat Profil MATAKAMERA.NET
0 komentar:
Post a Comment