Grup karawitan SDN Ngetos, Nganjuk |
Anak-anak yang rata-rata berusia 9-12 tahun itu dilatih bermain gamelan sambil menembangkan lagu-lagu dolanan khas Jawa yang kini sudah nyaris punah dan asing di telinga anak-anak kebanyakan, apalagi yang ada di perkotaan.
Tak heran, meski masih berusia dini, anak-anak ini bisa membaca titi nada laras slendro dan pelog khas tembang Jawa. “Sudah ada rangkaian titi nada lagunya. Mereka sudah bisa membaca sendiri,” jelasnya.
Menurut Agus, sekolahnya memang sengaja memberikan ruang bagi generasi muda untuk memprakttekkan langsung kesenian Jawa Apalagi, saat ini sangat susah mengajak anak-anak gemar seni tradisional. Kegiatan karawitan pun disebutnya secara tidak langsung melatih kemampuan mereka untuk bekerja sama. “Kunci utama permainan karawitan adalah ketepatan dan kerja sama. Dengan kerja sama yang baik, permainan cantik, pun sebaliknya. Karenanya, permainan gamelan ini tak hanya sekadar memainkan alat musik tradisional. Tapi ada nilai kerja sama yang dijunjung tinggi,” urai Agus.
Tak hanya sekadar berlatih, anak-anak SD di kaki Gunung Wilis ini jug kerap ikut pentas pertunjukan di desa-desa, hingga pada acara hari-hari besar seperti Hari Kartini atau peringatan 17 Agustus. Denga begitu, orang-orang termasuk orang tua akan tahu bahwa anak-anak penerus generasi bangsa dari Kabupaten Nganjuk, masih bisa diandalkan untuk melestarikan tradisi leluhur mereka.(ab)
0 komentar:
Post a Comment