polisi lalu lintas di halaman mapolres nganjuk |
Karena itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI pada 14 Januari 2016 langsung merilis draf Panduan Bagi Guru dan Orang Tua Bagaimana Bicara Tentang Terorisme. Tujuannya, agar orang tua di rumah dan guru di sekolah mampu mengarahkan anak-anak agar dapat menangkap derasnya informasi seputar aksi terorisme itu dngan lebih bijak, dan tidak membawa pengaruh buruk.
Berikut ini rilis resmi panduannya,
- Cari tahu apa yang mereka pahami. Bahas secara singkat apa yang terjadi meliputi fakta-fakta yang sudah terkonfirmasi serta ajak anak untuk menghindari isu dan spekulasi.
- Hindari paparan terhadap televisi dan media sosial yang sering menampilkan gambar dan adegan mengerikan bagi kebanyakan anak, terutama anak di bawah usia 12 tahun.
- Identifikasi rasa takut anak yang mungkin berlebihan. Pahami bahwa tiap anak memiliki karakter unik. Jelaskan bahwa kejahatan terorisme sangat jarang, namun kewaspadaan bersama tetap perlu.
- Bantu anak mengungkapkan perasaannya terhadap tragedi yang terjadi. Bila ada rasa marah, arahkan pada sasaran yang tepat yaitu pelaku kejahatan. Hindari prasangka pada identitas golongan yang didasarkan pada prasangka.
- Jalani kegiatan keluarga bersama secara normal untuk memberikan rasa nyaman, serta tidak tunduk pada tujuan teroris mengganggu kehidupan kita. Kebersamaan dan kominikasi rutin penting untuk mendukung anak.
- Ajak anak berdiskusi dan mengapresiasi kerja para polisi, TNI, dan petugas kesehatan yang melindungi, melayani dan membantu kita di masa tragedi. Diskusikan lebih banyak tentang sisi kesigapan dan keberanian mereka daripada sisi kejahatan pelaku teror. (ab)
0 komentar:
Post a Comment