|
Salah satu rumah warga terendam banjir setinggi lutut di Desa Gemenggeng, Pace, Nganjuk (11/2/2016) |
matakamera, Nganjuk – Hujan deras secara merata di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, pada Kamis malam 11 Februari 2016, mendatangkan banjir bandang di beberapa titik. Yang terparah ada di sebagian besar wilayah Kecamatan Pace, di mana laporan sementara sampai pukul 24.00, setidaknya 10 desa terendam. Tidak sedikit rumah-rumah warga yang kemasukan air.
Air Bah berasal dari luapan Sungai Bajulan, di lereng Gunung Wilis yang meluap, akibat tingginya curah hujan selama lebih dari 7 jam, sejak sore hari. Luapan air awalnya hanya merendam jalanan dan puluhan hektare sawah, lalu semakin meluas sampai masuk ke puluhan rumah warga di 10 desa tersebut. Ketinggian air banjir bervariasi dari 50 sentimeter sampai 80 sentimeter, atau setinggi pinggang orang dewasa.
Tim Taruna Siaga Bencana (Tagana) Nganjuk mencatat, tanda-tanda banjir mulai tampak sejak pukul 20.00. “Sungai masih meluap sampai tengah malam, karena hujan gerimis belum reda,” ujar Aries Trio Effendi, koordinator Tagana Nganjuk yang berada di lokasi. Adapun data sementara, 10 desa yang diterjang banjir di Kecamatan Pace masing-masing adalah Desa Babadan, Banaran, Bodor, Patihan, Kecubung, Plosoharjo, Gemenggeng, Pacekulon, dan Desa Pacewetan.
Sampai pukul 24.00 menjelang dini hari, hujan masih turun meskipun intensitasnya ringan. Beberapa titik rawan luapan air bah lain juga sempat dicek oleh Tagana Nganjuk, seperti dam sungai Tanjung di Kelurahan Ploso, Kecamatan Nganjuk hingga Jalan Raya Kediri-Nganjuk di wilayah Desa Patihan, Kecamatan Loceret dan Desa Joho, Kecamatan Pace. Tim SAR gabungan dibantu TNI dan Polri juga masih berpatroli untuk mengantisipasi jatuhnya korban, baik harta benda atau korban manusia.
Sri Darmisih, 47, warga Desa Kecubung, Kecamatan Pace, yang rumahnya ikut terendam mengatakan, banjir semalam adalah yang paling besar sejak awal musim hujan di Nganjuk. Meskipun, setiap tahun wilayah desanya sebenarnya sudah langganan terkena dampak luapan air bah sungai setempat. “Kami tidak bisa tidur. Terpaksa begadang sampai air benar-benar surut,” ujarnya. (ab)
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
0 komentar:
Post a Comment