 |
| Petani Jombang saat timbang gabah |
matakamera,Jombang
- Puluhan petani sebuah desa di Jombang Jawa Timur membongkar lumbung
paceklik untuk memenuhi kebutuhan pangan selama musim tanam. Lumbung
paceklik tersebut menggunakan sistim simpan pinjam, dimana petani yang
meminjam sebanyak 1 kwintal gabah kering, saat musim panen tiba akan
mengembalikan 1 kwintal 20 kg yang dianggap sebagai bunga dan sudah
melalui musyawarh mufakat petani agar tak kehabisan stok bahan pangan.
Sebuah
lumbung tempat menyimpan gabah di Dusun Banjarsari Desa Bareng
Kecamatan Bareng dibongkar bersama-sama. Bukan bangunannya yang
dibongkar melainkan isinya, yakni
puluhan ton gabah kering. Sebab warga dusun setempat telah sangat membutuhkan pangan, sedang harga beras mendekati Rp.10.000/kg.
Warga sangat terbantu dengan lumbung ini, meskipun harus menambah 20 % dari jumlah gabah yang dipinjam, pada saat mengembalikan. Pertimbangan warga meminjam di tempat lain bunganya lebih besar dan juga tidak ikut memiliki.
"sebagian dibawah pulang sebagian dijual, untuk makan agar tidak pinjam pinjam, misalkan pinjam 100 kg untuk masa panen dikembalikan 120 kg ,sekarang sudah paceklik,”ujar Wanta salah seorang petani.
Sedangkan menurut kepala desa setempat Subeki, dinamakan lumbung paceklik karena memasuki musim tanam. Sayangnya, hingga saat ini belum ada bantuan dari pemerintah untuk memperbesar daya tampung lumbung paceklik.
"dinamakan lumbung paceklik itu saat menghadapi musim tanam kesulitan pangan, belum ada bantuan, tapi sudah disurvei oleh ketahanan pangan,”terang Subeki.
Lumbung paceklik yang dirintis sejak tahun 1968 ini, berawal dari iuran gabah seadanya oleh warga. Gabah yang terkumpul sedikit demi sedikit, kemudian dipinjamkan kepada warga yang membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pangan. ( as )
 |
| lumbung padi petani |
puluhan ton gabah kering. Sebab warga dusun setempat telah sangat membutuhkan pangan, sedang harga beras mendekati Rp.10.000/kg.
Warga sangat terbantu dengan lumbung ini, meskipun harus menambah 20 % dari jumlah gabah yang dipinjam, pada saat mengembalikan. Pertimbangan warga meminjam di tempat lain bunganya lebih besar dan juga tidak ikut memiliki.
"sebagian dibawah pulang sebagian dijual, untuk makan agar tidak pinjam pinjam, misalkan pinjam 100 kg untuk masa panen dikembalikan 120 kg ,sekarang sudah paceklik,”ujar Wanta salah seorang petani.
Sedangkan menurut kepala desa setempat Subeki, dinamakan lumbung paceklik karena memasuki musim tanam. Sayangnya, hingga saat ini belum ada bantuan dari pemerintah untuk memperbesar daya tampung lumbung paceklik.
"dinamakan lumbung paceklik itu saat menghadapi musim tanam kesulitan pangan, belum ada bantuan, tapi sudah disurvei oleh ketahanan pangan,”terang Subeki.
Lumbung paceklik yang dirintis sejak tahun 1968 ini, berawal dari iuran gabah seadanya oleh warga. Gabah yang terkumpul sedikit demi sedikit, kemudian dipinjamkan kepada warga yang membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pangan. ( as )
0 komentar:
Post a Comment