Banjir tampak merendam jalan dan pemukiman warga di Pace, Nganjuk, 28 Februari 2016. |
Namun demikian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nganjuk justru berpendapat, bahwa wilayah Nganjuk masih sangat membutuhkan guyuran hujan deras sampai Juni 2016 mendatang. Hal itu ternyata terkait ketersediaan cadangan air tanah, untuk menghadapi musim kemarau.
Kepala Pelaksana BPBD Nganjuk Soekonjono mengatakan, ada dilema yang dihadapi setiap kali datang musim hujan di wilayah Nganjuk. Di satu sisi, hujan dalam intensitas tinggi kerap menimbulkan petaka banjir di sejumlah titik rawan seperti Kecamatan Berbek, Pace, Rejoso, Gondang hingga Kecamatan Lengkong. Namun di sisi lain, kondisi geografis Nganjuk saat ini masih sangat membutuhkan limpahan air hujan dalam jumlah besar, untuk mengisi cadangan air sumber di dalam tanah yang kering sepanjang kemarau lalu. “Hujan sampai Februari ini, kami amati belum berdampak signifikan pada penambahan cadangan air tanah, terutama di wilayah rawan kekeringan,” kata Soekonjono.
Dalam catatan BPBD Nganjuk, beberapa wilayah kecamatan menjadi zona rawan bencana di dua musim sakaligus, yakni musim hujan dan musim kemarau. Contohnya di Kecamatan Rejoso, Gondang dan Lengkong, beberapa desa kerap diterjang banjir dan aliran sungainya meluap setelah diguyur hujan berjam-jam. Namun sayang, sebagian besar air ternyata tidak terserap ke bawah tanah melainkan mengalir dan hilang begitu saja terbawa aliran sungai. Soekonjono menyebut salah satu contohnya di Dusun Sendang Gogor, Desa Ngepung, Kecamatan Lengkong. “Meskipun setiap hari hujan deras, tapi sumber air di dusun ini masih kering sampai sekarang,” kata Soeko.
Berdasarkan hitung-hitungan awal pihaknya, cadangan air tanah di wilayah Nganjuk baru normal kembali, andaikata hujan deras masih mengguyur wilayah ini sampai awal Juni 2016 mendatang. Dengan begitu, maka desa-desa yang paling rawan kekeringan sekalipun termasuk di wilaah Kecamatan Ngluyu, dipastikan tidak akan mengalami kejadian serupa saat musim kemarau nanti. “Itu hasil analisis kami, tetapi peluangnya memang kecil,” kata Soeko.
Pihaknya kemarin juga sudah berkoordinasi dan meminta informasi perkiraan cuaca dari badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sawahan, di mana prediksi puncak musim hujan paling lama bertahan sampai Maret 2016 saja. Artinya, peluang seluruh cadangan air tanah di Nganjuk dapat terisi penuh kecil kemungkinan akan tercapai 100 persen. Soekonjono pun menyebut, bahwa jika bencana kekeringan masih terjai lagi pada musim kemarau yang akan datang, maka pihaknya tetap akan melakukan upaya penanggulangan rutin yang sudah lazim dilakukan, seperti dropping air. “Di beberapa desa di Gondang dan Ngluyu juga sudah terbantu dengan proyek sumur geolistrik, yang tahun ini sudah kami bangun empat titik,” pungkas Soeko.(ab)
0 komentar:
Post a Comment