Taman Pandan Wilis, Nganjuk bisa menjadi alternatif lokasi mengamati gerhana matahari pada 9 Maret 2016. (photo by : anggiemayyunda via Instagram) |
Menurut Chudori, fenomena alam langka yang terakhir terjadi 33 tahun lalu itu, kali ini memang datang di tengah musim penghujan. Namun demikian, Chudori menyebut peluang langit atau cuaca cerah pada saat fenomena terjadi nanti masih terbuka lebar. Mengingat, puncak musim hujan yang diprediksi akhir Februari sudah terlewati. “Masuk Maret, intensitas hujan dan awan mendung diprediksi sudah menurun,” kata Chudori. Adapun fenomenanya disebut Chudori bisa dilihat langsung menggunakan mata telanjang, kacamatan khusus maupun alat teropong bagi yang memiliki.
Lebih lanjut Chudori menyarankan, bagi masyarakat Nganjuk yang ingin melihat gerhana matahari sebagian, sebaiknya memilih tempat-tempat terbuka yang tidak terhalang bangunan atau pepohonan tinggi. Terkait hal itu masyarakat Nganjuk beruntung, karena secara geografis wilayah ini memang banyak tersedia ruang-ruang terbuka dengan jarak pandang yang luas dan bebas, contohnya di puncak Bukit Songgong, Desa Margopatut, Kecamatan Sawahan, atau di area Taman Pandan Wilis, Kelurahan Werungotok, Kecamatan Nganjuk, yang memiliki pemandangan luas tanpa penghalang, karena lokasinya dikelilingi hamparan sawah.
Aries Trio Effendi, pemerhati flora dan fauna Nganjuk mengatakan, fenomena gerhana matahari baik total maupun sebagian bisa saja membuat hewan-hewan yang memiliki siklus pagi dan malam kebingungan. Contohnya hewan kelelawar dan burung hantu, yang banyak ditemui di beberapa gua alami dan hutan lindung di Nganjuk seperti di Gua Margotresno Ngluyu, atau di kawasan hutan Wilis di Sawahan dan Ngetos.
Saat langit pagi mendadak gelap seperti malam, lantaran matahari tertutup bulan, hewan-hewan ini akan keluar sarang dan mulai mencari makan, karena mengira malam kembali datang.”Seperti kelelawar, yang tidur pagi akan kembali terbangun keluar dari sarang untuk mencari makan, tertipu dia,” ujar Aries. (ab)
0 komentar:
Post a Comment