Dua anak sedang asyik bermain kekehan di Desa Kerepkidul, Kecamatan Bagor, Nganjuk |
Biasanya, pada bagian bawah yang lancip ini dipasangi paku. Sehingga jika kekehan dimainkan dan dipadu lawan mainnya, asalkan tepat sasaran, bisa-bisa kekehan yang berputar akan pecah dan si pemain dinyatakan kalah.
Agar bisa berputar, kekehan harus ditarik dengan tali. Sedangkan tali kekehan tradisional dibuat dari kulit pohon randu atau pohon waru. Panjang tali kekehan berbeda-beda bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan.
Agar kekehan bisa berputar, tali diikatkan pada leher kekehan dengan cara melingkar. Dengan sekali hentak, kekehan akan berputar pada porosnya.
Permainan kekehan atau lazim disebut gasing ini dapat kita jumpai di Dusun Morobau Desa Kerepkidul, Kecamatan Bagor. Anak-anak usia sekolah dasar masih sering bermain kekehan. Biasanya, anak-anak ini memilih tempat yang luas untuk bisa paton. "Setelah pulang sekolah, saya selalu bermain paton bersama teman-teman," ujar Ardi, 10, sambil melempar dan membetot tali kekehan.
Tak ayal, kekehan ini berputar terhuyung-huyung untuk beberapa saat hingga interaksi bagian kaki (paksi) dengan permukaan tanah membuatnya tegak. Setelah kekehan berputar tegak untuk sementara waktu, lawan bermainnya juga melempar kekehannya. Ternyata, kekehan ini diarahkan pada kekehan Ardi yang sudah berputar melemah. "Ya kena itu, coba lihat kekehanmu," ucap Agus,10, teman bermain Ardi.
Rupanya hantaman Agus tadi tepat mengenai badan kekehan Ardi hingga 'bocel' karena tertancap paku kekehan Agus. Selanjutnya, Agus ganti menghentakkan kekehannya dan dihantam Ardi. Namun, hantaman bocah gendut ini tidak tepat sasaran. Akhirnya dua kekehan berputar saling bersenggolan.
kekehan (ist) |
Permainan tradisional ini juga merupakan proses transfer nilai dan belajar. Seperti permainan nusantara pada umumnya, paton atau kekehan merupakan sarana untuk meningkatkan persaudaraan, mengasah sportivitas, ketangkasan dan kreativitas. Dalam permainan gasing, terdapat juga nilai cinta lingkungan terkait dengan proses belajar mengenal dan menghargai jenis -jenis kayu dan bambu yang baik untuk pembuatan gasing. Sambil bermain dan membuat gasing anak-anak nusantara belajar untuk menghargai alam. Sebuah laporan pada masa kolonial bahkan menyebutkan, bahwa cara bermain gasing sempat dijadikan sarana untuk pendidikan politik raja-raja Jawa masa lampau. “Dan masih terus lestari sampai kepada anak-anak dan remaja zaman sekarang,” pungkas pria yang juga aktif di bidang seni musik karawitan Jawa ini.(ton/ab)
0 komentar:
Post a Comment