Ulum Basthomi, salah satu nama yang disebut berpeluang masuk bursa cabup-cawabup Nganjuk 2018 |
Nama pria 43 tahun kelahiran Desa Bukur, Kecamatan Patianrowo ini mulai ramai dibicarakan, baik di lingkungan tempat kerjanya di DPRD Nganjuk, di warung-warung kopi maupun di media sosial internet seperti Facebook.
Salah satu sinyal itu tampak jelas saat Ulum memimpin Rapat Paripurna membahas Raperda Inisiasi di DPRD Nganjuk, pada 29 Februari 2016 kemarin. Ketika pria berkumis ini baru masuk ruangan rapat paripurna, tiba-tiba rekan-rekannya sesama anggota DPRD dan peserta rapat lainnya spontan menyapa, “Selamat pagi Pak Wabup!”. Mendengar panggilan istimewa itu, Ulum hanya bisa tersenyum simpul sambil menuju meja rapat.
Sepanjang rapat, ternyata sapaan itu masih beberapa kali dilontarkan rekan-rekannya, bahkan sampai berteriak “Pak Wabup..Wabup!”.
Belakangan diketahui, lontaran rekan-rekan Ulum itu terkait munculnya nama Ulum dalam bursa Cabup-Cawabup Nganjuk 2018. Dalam berbagai kesempatan, sejumlah politisi di DPRD Nganjuk juga kerap melontarkan wacana bahwa Ulum diusulkan untuk mendampingi kandidat Cabup 2018 Ita Triwibawati, yang tidak lain adalah istri Bupati Petahana Taufiqurrahman. “Sudah pernah ada pembicaraan (duet Ita-Ulum), tetapi belum ditindaklanjuti,” ujar sumber matakamera.net dari internal PKB Nganjuk.
Sampai saat ini, Ulum sendiri memang belum pernah mengumumkan secara remsi perihal kabar pencalonannya sebagai Wabup Nganjuk 2018. Namun, dalam kesempatan lain Ulum juga memberi sinyal terkait keinginan untuk menjadi Cabup atau kandidat AG 1. Salah satunya melalui akun pribadinya di Facebook, pada 29 Januari 2016, anggota DPRD Nganjuk dua periode ini secara terang-terangan menulis “Bersama Kang "ULUM" menuju Nganjuk 2018..”.
Bahkan, poster gambar dirinya dengan latar belakang hijau sudah banyak beredar di media sosial, dengan slogan Kang Ulum, Muda Asli Nganjuk.
Terkait hal itu, pengamat politik dari Universitas Brawijaya (UB) Malang, Ahmad Hasan Ubaid mengatakan, bahwa sosialisasi calon bupati sejak dini wajar-wajar saja. Asalkan, bentuknya tidak berlebihan dan tidak langsung mengarah kepada program atau janji-janji kampanye. “Jarak waktunya masih cukup jauh menuju Pilkada Nganjuk. Jadi yang wajar-wajar saja. Misalnya dikemas dengan jabatan sosial, lalu melakukan aksi terkait isu sosial yang sedang hangat di daerah,” ujar Hasan. (ab)
0 komentar:
Post a Comment