kondisi Nenek Sariyem sesaat usai diturunkan dari ambulans, untuk mendapat perawatan medis di RSUD Nganjuk, Sabtu dini hari (9/4/2016) |
Informasi sementara yang bisa dihimpun, sang nenek mengaku bernama Sariyem, dan berasal dari Dusun Larangan, Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Nganjuk. Wanita yang seluruh rambutnya telah memutih itu diduga sudah tiga hari tergeletak di tepi jalan desa setempat, yang merupakan kompleks bangunan ruko kosong yang belum ditempati. Karena situasinya sepi dan dikelilingi area persawahan, sehingga baru pada Jumat kemarin Nenek Sariyem mendapat pertolongan warga.
Kabar dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru Kabupaten Nganjuk karena disebarkan secara viral melalui media sosial Facebook. Bermula dari unggahan pemilik akun Bettyn Anggraini di grup komunitas Info Seputar Nganjuk (ISN), yang menampilkan foto kondisi Nenek Sariyem di tempatnya ditemukan terlantar. "Menurut cerita dari Simbah, beliau sengaja dibuang," tulis Bettyn dalam foto unggahannya.
Dalam waktu beberapa jam saja, respons masyarakat dari berbagai wilayah Nganjuk terus berdatangan. Mereka tidak sekadar menunjukkan empati lewat media sosial, tetapi banyak yang langsung datang ke lokasi penemuan untuk memberi bantuan makanan dan obat-obatan untuk Nenek Sariyem. Sejak siang sampai menjelang malam, gelombang bantuan terus datang baik dari warga di luar mapun sekitar Desa Patihan. "Memang diperkirakan sudah tiga hari, teman-teman juga sudah mengganti bajunya karena habis kehujanan," ujar Hendri, 24, salah satu pemuda desa setempatyang ikut menolong Nenek Sariyem.
Melihat kondisi fisik Nenek Sariyem yang mengalami luka parah di bagian kaki, Hendri pun tidak yakin jika nenek renta yang sudah pikun ini sengaja berangkat sendiri dari rumahnya berjalan kaki. Apalagi jika rumah memang benar di Desa Bajulan, maka sang nenek harus berjalan kaki sejauh 10 kilometer untuk sampai di Desa Patihan. "Sedangkan untuk melangkah saja tidak mungkin," imbuh Hendri. Karena itu, kuat dugaan Nenek Sariyem sengaja dibuang di tepi jalan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.
Gelombang pertolongan untuk Nenek Sariyem terus datang sampai larut malam, hingga puncaknya sekitar pukul 23.30, sang nenek akhirnya dievakuasi menggunakan mobil ambulans menuju IGD RSUD Nganjuk. Rupanya, berita itu telah sampai di telinga Raditya H. Yuangga yang ikut menjemput Nenek Sariyem bersamaa mobil ambulans. "Yang penting harus segera mendapat pertolongan medis dulu, karena terdapat luka yang cukup parah," kata Angga, sapaan Raditya.
Kondisi itu tergambar jelas sejak Nenek Sariyem diturunkan dari ambulans di pintu IGD. Dia berkali-kali merintis dan berteriak merasakan nyeri di bagian tulang kakinya yang patah. Pihak medis RSUD Nganjuk pun belakangan juga membenarkan, bahwa Nenek Sariyem mengalami patah tulang di kaki kanan. Karena itu, tim dokter dan perawat langsung melakukan penanganan darurat dini hari itu juga.
Usai berkoordinasi dengan pihak RSUD Nganjuk, dini hari kemarin sang nenek akhirnya bisa mendapat perawatan dan tempat istirahat sementara di kamar pasien yang layak. Menurut Angga, untuk sementara Nenek Sariyem dirawat inap di rumah sakit dan mendapat pengobatan medis. Rencana berikutnya pada Sabtu pagi ini (9/4) pihaknya bersama relawan warga akan membawa sang nenek ke Kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Nganjuk untuk penanganan lebih lanjut. "Selanjutnya agar mendapat perhatian dari pemerintah, sampai nanti diketahui identitas keluarganya," pungkas Angga. (ab)
0 komentar:
Post a Comment