Eksotisme Air Terjun Grojogan Duwur dan Air Terjun Ngebleng, keduanya berada di kawasan hutan utara Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. (foto explorenganjuk via instagram) |
Yang pertama adalah Air Terjun Grojogan Dhuwur.
Di sudut utara Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, ada sebuah wahana ’waterpark’ yang terbentuk secara alami sejak beribu-ribu tahun lalu. Yaitu dari fenomena pembentukan sumber air di wilayah pegunungan batuan kapur atau karst.
Lokasinya berada di lereng Pegunungan Kendeng, yang masuk hutan Desa Sumbermiri, Kecamatan Lengkong. Dari pusat kota Nganjuk berjarak sekitar 35 kilometer ke arah timur laut. Sejak dahulu, warga dan pengelola hutan setempat, yaitu Perum Perhutani KPH Jombang, BKPH Krondong, sudah menamai kawasan itu Grojogan Duwur. Istilah dalam bahasa Jawa yang berarti air terjun tinggi. Lokasinya memang tersembunyi di ketinggian hutan Kendeng, namun masih di bawah 1000 meter dari permukaan air laut.
Karena wujudnya yang begitu eksotis berupa sungai dan kolam alami berair jernih, berwarna hijau kebiru-biruan, sehingga membuat orang yang pernah berkunjung ke sini menganggapnya sebagai surga tersembunyi. Secara fisik sungai alami ini adalah sungai purba yang terbentuk dari batuan kapur. Kawasannya juga dikelilingi hutan jati dan tanaman tropis lainnya, serta bukit-bukit terjal berkapur. “Untuk ke lokasi butuh perjuangan banget, harus sabar,” kata Agus Wiyanto, 30, penggiat wisata alam di Nganjuk.
Menurut Agus yang sudah beberapa kali mendatangi Grojogan Duwur, saat ini belum ada akses jalan memadai dan nyaman untuk menuju lokasi. Pengunjung harus menguras tenaga dan memacu adrenalin menembus jalan setapak hutan, dan tidak jarang licin saat musim hujan sejauh sekitar 1 kilometer. Karena lokasinya di lereng pegunungan, beberapa trek juga tampak menanjak, sehingga Agus menyarankan pengujung mengenakan pakaian dan alas kaki khusus untuk jelajah alam. “Sebaiknya bawa bekal makan dan minum juga, karena tidak ada warung di sekitar lokasi,” ujarnya.
Meskipun perjalanan menuju lokasi cukup menguras tenaga, namun Agus menjamin semua rasa capek dan lelah akan terbayar, begitu sampai di lokasi. Pemandangan eksotis dari komposisi sungai, kolam dan guratan dinding batu kapur mampu membuat fikiran dan otot rileks seketika. Pengunjung juga bisa dengan leluasa mandi atau sekadar foto-foto di sekitar aliran sungai. “Kelihatannya memang jauh dan capek. Tapi setiap wisatawan yang saya temani ke lokasi pasti ketagihan. Belum puas kalau hanya sekali datang,” ujarnya.
Lokasi kedua adalah Air Terjun Ngebleng.
Lokasinya berada di Dusun Tondowesi (Ndosi), Desa Pule, Kecamatan Jatikalen, Nganjuk. Air Terjun Ngebleng masih alami dan belum dikelola secara remsi oleh pemerintah oleh daerah setempat. belum ada karcis masuk, parkir di rumah warga dengan biaya seiklasnya. Air terjun yang terbentuk dari sungai purba di kawasan pegunungan kapur itu memiliki 3 tingkatan. Tingkat pertama/atas memiliki ketinggian sekitar 1 meter, tingkat kedua memiliki ketinggian sekitar 6 meter dan tingkat ketiga/bawah memiliki ketinggian sekitar 5 meter.
Untuk menuju air terjun harus berjalan kaki kurang lebih 2 kilometer selama satu jam, menembus hutan belantara. Saat musim kemarau sepeda motor bisa langsung dikendarai menyusuri jalan setapak ke titik lokasi air terjun. Namun saat musim penghujan, lagi-lagi nyali diuji karena jalur yang dilalui akan berubah menjadi becek dan licin. (ab)
0 komentar:
Post a Comment