Ketua MPR-RI Zulkifli Hasan menghadiri acara Silaturahmi Keluarga Besar Pondok Pesantren Ar-Roudhotul Ilmiyah (YTP) di Desa Banaran, Kecamatan Kertosono, Nganjuk, pada Sabtu 21 Mei 2016 |
Pernyataan itu disampakan Bang Zul, sapaan akrab Zulkifli, saat menghadiri acara Silaturahmi Keluarga Besar Pondok Pesantren Ar-Roudhotul Ilmiyah (YTP) di Desa Banaran, Kecamatan Kertosono, Nganjuk, pada Sabtu 21 Mei 2016. Menurutnya, ketika gerakan terlarang baik PKI maupun DI-TII masih kuat dan melakukan pemberontakan besar di masa lalu, pada akhirnya tetap dapat dilenyapkan. "Dulu masih kuat saja dan berontak, mereka (PKI) kalah. Apalagi sekarang," imbuh pria asli Sumatera Selatan ini.
Di hadapan ratusan hadirin, terutama keluarga besar Pondok Pesatren YTP, Zulkifli juga berkesempatan untuk memberi sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yaitu Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, serta Bhinneka Tunggal Ika. Sang Ketua MPR menggarisbawahi, bahwa empat pilar kebangsaan sebagai kesepakatan pondasi bangsa kini juga sudah diluruskan oleh Mahkamah Konstitusi (MK).
Dalam prosesnya, lanjut Bang Zul, banyak dibidani oleh kalangan Muhammadiyah. "Prateknya Pancasila, Muhammadiyah tempatnya," ujar pria yang pernah menjabat Menteri Kehutanan di era SBY ini.
Lebih lanjut Zulkifli mengatakan, peran pondok pesantren saat ini sedang menjadi perhatian khusus oleh pemerintah, khusunya terkait isu gerakan radikal. Menurut Bang Zul, peran pesantren dalam membangun bangsa harus semakin jelas, tidak hanya berkutat soal pelajaran agama saja tetapi juga penguasaan teknologi dan ekonomi. "Pesantren saat ini harus menguasai teknologi, dan harus kaya agar mampu berkompetisi," ujar Bang Zul.
Jika pesantren sudah mampu menguasai teknologi, lanjut Zulkifli, maka gerakan radikal itu akan semakin mudah ditangkal. "Gerakan radikal umumnya mengggunakan pendekatan IT dan alasan ekonomi dalam merekrut anggotanya," tandasnya.(ro/ab)
Editor : Panji Lanang Satriadin
0 komentar:
Post a Comment