matakamera, Nganjuk - Ketika anak sekolah di wilayah perkotaan diberi banyak kemudahan fasilitas pendidikan, siswa sekolah dasar (SD) yang tinggal di sebuah perkampungan terpencil bernama Dusun Kedungringin, Desa Pule, Kecamatan Jatikalen, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, justru harus menyeberangi sungai untuk mencapai sekolahnya.
Lokasi kampung mereka yang terpisah hutan dengan sekolah terdekat di wilayah Kabupaten Nganjuk. Karena itu, mereka mau tak mau harus bersekolah di SDN Pojok Klitih III, yang masuk di wilayah Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang. "Jarak sekolah terdekat di Nganjuk 1 kilometer dan harus lewat hutan, jadi lebih dekat ke Jombang," ujar Agus, 40, warga Desa Pule, Kecamatan Jatikalen.
Menurut Agus, sungai yang sehari-hari harus dilewati anak-anak ini dengan beerjalan kaki bernama Sungai Beng. Sampai saat ini, belum ada akses jembatan yang dibangun untuk menghubungkan Kedungringin di sisi barat sungai dengan Dusun Pojok Klitih di sisi timur sungai.
Lokasinya dekat dengan Dusun Tondowesi, tempat yang baru-baru ini populer karena ditemukan tempat wisata alam bernama Air Terjun Ngebleng. Namun kondisinya juga sama, karena orang harus jalan kaki berkilo-kilometer menembus hutan untuk bisa menjangkau lokasi. "Akses jalan hanya jalan setapak menembus hutan." Imbuh Agus.
Anak-anak SD ini sebenarnya menyadari bahaya yang mengancam karena setiap hari harus menyeberang sungai yang memiliki aliran air deras. Namun para siswa mengaku tak punya pilihan lain. Jjika banjir datang, mereka terpaksa tidak masuk sekolah karena takut terseret arus sungai.
Tak hanya perjalanan para siswa ke sekolah yang memprihatinkan. Situasi belajar-mengajar di sekolah itu juga cukup memprihatinkan. Para siswa harus berbagi ruangan kelas untuk belajar karena SDN Pojok Klitih III hanya memiliki tiga ruangan kelas. Saat ini siswa kelas I sampai kelas VI berjumlah 19 siswa, seorang kepala sekolah, 4 guru PNS, 3 GTT, dan seorang penjaga sekolah. (ab)
By : Panji Lanang Satriadin
0 komentar:
Post a Comment