Salah satu unit posko darurat banjir dan tanah longsor BPBD Nganjuk di Desa Sambikerep, Kecamatan Rejoso (matakamera/bpbdnganjuk) |
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nganjuk Soekonjono mengatakan, bahwa Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Sutopo Purwo Nugroho telah memberi penjelasan rinci terkait fenomena keganjilan cuaca tersebut pada 19 Juni 2016. BNPB menjelaskan, bahwa saat ini cuaca dan musim menjadi semakin tidak menentu dan sulit diprediksi. Curah hujan dengan intensitas tinggi masih sering terjadi, dan menimbulkan dampak potensi banjir, longsor dan puting beliung yang terus meningkat. “Disebut bencana hidrometeorologi, yaitu bencana yang dipengaruhi oleh faktor cuaca dan iklim,” kata Soekonjono.
Selama tahun 2016, lanjut Soekonjono, berdasarkan data sementara BNPB sampai 17 Juni 2016, telah terjadi 1.053 kejadian bencana alam di Indonesia, yang menyebabkan sebanyak 157 orang meninggal dunia dan lebih dari 1,7 juta orang lainnya menderita kerugian fisik dan materi hingga mengungsi. Selain itu, ratusan ribu rumah penduduk juga mengalami kerusakan.
Menurut Soekonjono, bulan Juni seharusnya sebagian besar wilayah Indonesia sudah masuk awal musim kemarau. Namun yang terjadi, hujan dengan intensitas tinggi masih sering turun. Hal ini adalah dampak dari fenomena iklim La Nina, yang diperkirakan baru terdeteksi pada Juli, Agustus dan September nanti. “Yang berimbas pada meningkatnya hujan selama musim kemarau. Fenomenanya disebut kemarau basah,” paparnya. BNPB juga baru menerima peringatan dini dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), terkait potensi hujan lebat di banyak daerah termasuk Jawa Timur pada 17 – 20 Juni 2016.
Lebih lanjut Soekonjono menjelaskan, bahwa keganjilan cuaca ini mendatangkan dampak baik dan buruk. Dampak baiknya, yaitu menurunkan resiko terjadinya bencana kekeringan dan kebakaran hutan, lalu produksi pertanian khususnya padi, jagung dan palawija akan meningkat karena pasokan air tersedia. Selain itu, produksi listrik dari PLTA juga tidak akan banyak masalah karena debit sungai dan hujan masih cukup memasok waduk, danau dan bendungan.
Sedangkan dampak buruk fenomena La Nina ini, disebut Soekonjono bisa menyebabkan potensi banjir, longsor dan puting beliung yang tinggi selama musim kemarau. Sektor pertanian khusus seperti tembakau dan bawang merah juga bisa mengalami kerugian akibat curah hujan tinggi.
Karena itulah, BNPB sejak beberapa hari lalu sudah memerintahkan semua kantor BPBD di kabupaten/kota, termasuk BPBD Nganjuk, Jawa Timur, yang wilayahnya memang memiliki potensi
hujan lebat agar tetap meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi banjir, longsor dan puting beliung.
Antara lain, dengan selalu memberikan sosialisasi dan pembekalan antisipasi dini bencana kepada masyarakat di titik-titik rawan. “Tim reaksi cepat BNPB juga telah disiapkan, untuk diterjunkan ke lokasi bencana dalam kurun waktu kurang dari 24 jam, untuk mendampingi BPBD dalam situasi darurat,” tukas Soekonjono.(ab)
(Panji Lanang Satriadin)
0 komentar:
Post a Comment