Menurut informasi, peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 15.30 WIB. Awalnya, sejak pagi hari sekitar pukul 10.00 Suparno berangkat dari rumah menuju sawahnya untuk menyemprot obat pembasmi hama. Sampai sore hari sekitar pukul 14.00, Suparno masih melanjutkan pekerjaannya di tengah sawah meskipun cuaca hujan deras disertai petir dan angin kencang. "Korban saat itu berada di tengah sawah yang merupakan lahan terbuka, sendirian," terang Paur Humas Polres Nganjuk Iptu Samsul Hadi.
Dalam kondisi hujan deras itu, sekitar pukul 14.30 Sadimah, 51 istri Suparno mulai resah dan curiga di rumah, karena sang suami tak kunjung kembali. Diapun memutuskan untuk menyusul Suparno ke sawah. Namun betapa terkejutnya wanita paruh baya itu, ketika mendapati tubuh Suparno sudah tergeletak kaku di antara tanaman padi dalam posisi masih menggendong tangki obat hama. "Istri korban lalu melaporkan kejadian tersebut ke perangkat desa diteruskan ke Polsek Warujayeng,"sambung Iptu Samsul.
Tak lama kemudian sejumlah anggota Polsek Warujayeng, Koramil 0810/10 Tanjunganom, dan tim medis Puskesmas Tanjunganom sampai di lokasi kejadian. Polisi kemudian memastikan Suparno telah meninggal dunia. Dengan melihat ciri-ciri tubuhnya yang sebagian hangus atau gosong, mereka lalu menyimpulkan Suparno meninggal akibat tersambar petir."Tim Identifikasi Polres Nganjuk juga datang untuk melakukan visum, dan menguatkan kesimpulan tersebut," ujar Samsul.
Sekitar pukul 16.30, jenazah Suparno akhirnya dievakuasi ke rumah duka untuk kemudian dimakamkan oleh pihak keluarga. Sepanjang proses evakuasi, ratusan warga dusun setempat sempat berduyun-duyun datang untuk melihat kondisi tetangga mereka yang tertimpa nahas tersebut.(ab)
0 komentar:
Post a Comment