Kapolres Nganjuk Datangi Lokasi Gugurnya 12 Polisi di Ngadiboyo

polres nganjuk
Kapolres Nganjuk AKBP Joko Sadono (berdiri paling kiri) meletakkan karangan bunga di Monumen Perjuangan Polri, Dusun Turi, Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Nganjuk, Rabu 5 Juli 2017 (matakamera/ist)
Rabu 5 Juli 2017 |
by Panji Lanang Satriadin

matakamera, Nganjuk - Peringatan Hari Bhayangkara di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, selalu menyimpan cerita mendalam dan sulit dijumpai di daerah lain. Betapa tidak, karena seluruh jajaran Polres Nganjuk selalu menggelar upacara peringatannya di lokasi ‘Tragedi Ngadiboyo’.

Wujudnya sebuah kompleks bangunan Monumen Perjuangan Polri, yang berlokasi di Dusun Turi, Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso. Di tempat ini, hampir 70 tahun yang lalu, sebanyak 12 prajurit polisi gugur dalam pertempuran melawan penjajah Belanda.

Kapolres Nganjuk AKBP Joko Sadono turun langsung menjadi inspektur upacara, pada Peringatan Hari Bhayangkara ke 71, Rabu pagi 5 Juli 2017 di lokasi Tragedi Ngadiboyo. Selain diikuti oleh ratusan .personil Polres Nganjuk, polsek jajaran dan Bhayangkari, hadir pula para veteran Polri, anggota TNI dari Kodim 0810/Nganjuk, serta beberapa pejabat daerah dan tokoh masyarakat setempat.

Perwira dua melati emas ini juga menyempatkan berdoa dan meletakkan karangan bunga di depan monumen. Sebelumnya, Kapolres dan rombongan juga melakukan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan (TMP) Yudha Pralaya, di Desa Sukorejo, Kecamatan Loceret, Nganjuk.

Kapolres berpesan, pengorbanan para pahlawan Polri di masa lampau yang gugur di Desa Ngadiboyo itu, agar menjadi pelecut kuat bagi jajarannya di Polres Nganjuk. Antara lain, untuk terus meningkatkan kinerja dan pelayanan terbaik kepada masyarakat dan negara.

Sekilas Pertempuran Polisi melawan Belanda di Ngadiboyo

Dokumen sejarah milik Polres Nganjuk menyebutkan, pada tanggal 14 April 1949, dalam masa Agresi Militer Belanda II, pasukan musuh berhasil menduduki wilayah Nganjuk.

Situasi kala itu sangat mencekam. Kepala Polisi Kabupaten Nganjuk saat itu, Iptu A. Wiratno Puspoatmojo, memerintahkan anggotanya untuk melaksanakan patroli dan penyisiran ke daerah pinggiran.

Malam hari sekitar pukul 20.00 WIB, dua regu polisi bersiaga menghalau pasukan Belanda. Satu regu di sektor selatan, berkedudukan di Desa Nglaban, Kecamatan Loceret, satu regu lagi di sektor utara, berkekudukan di Dusun Turi, Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso.

Regu Ngadiboyo beranggotakan 17 polisi istimewa, dipimpin Agen Polisi I Soekardi. Mereka berpatroli sampai di kawasan hutan Alas Jalin, Desa Ngadiboyo.

Monumen ini sebagai penanda lokasi gugurnya 12 polisi istimewa, dalam pertempuran melawan militer Belanda, pada tahun 1949 silam (matakamera/ist)  
Pada tengah malam, terjadi kontak senjata di hutan perbatasan Nganjuk-Madiun, antara pasukan polisi dengan militer Belanda. Kekuatan tidak berimbang, sehingga para pejuang Polri terpaksa kembali ke markas loji Desa Ngadiboyo dini hari. Mereka lalu tertidur karena kelelahan.

Tak disangka, pasukan Belanda mengetahui markas pasukan polisi ini, dan langsung melakukan serangan mendadak. Dalam kondisi tidak siap, pasukan polisi tetap melakukan perlawanan sengit sampai titik darah penghabisan. Sebanyak 12 prajurit polisi gugur di tempat, tiga orang luka berat, dan dua orang berhasil selamat.

Para pahlawan yang gugur adalah Agen Pol Kelas II Bagoes, Agen Pol Kelas II Diran / Sogol, Agen Pol Kelas II Laiman,  Agen Pol Kelas II Soekatmo, Agen Pol Kelas II Moestadjab, Agen Pol Kelas II Soemargo, Agen Pol Kelas II Sardjono, Agen Pol Kelas II Saimun, Agen Pol Kelas II Samad, Agen Pol Kelas II Masidi, Agen Pol Kelas II Simin, dan Agen Pol Kelas II Musadi (ds/ab/polresnganjuk/2017)


Lihat Profil MATAKAMERA.NET
Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Comments System