Anggota MPR/DPD RI Budiono saat memaparkan wawasan empat pilar kebangsaan, di hadapan peserta sosialisasi di Aula SMKN 1 Dolopo, Kabupaten Madiun, 10 Februari 2018 (matakamera/ist) |
Edited by Panji LS
matakamera, Madiun - Kaum muda menjadi objek vital sosialisasi pilar kebangsaan. Ini disampaikan anggota MPR RI Drs. H. A. Budiono, M.Ed, dalam sebuah sosialisasi wawasan kebangsaan bertema, “Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika,” di aula SMKN 3 Dolopo, Madiun, 10 Januari 2018.
Menurut senator berlatar belakang pendidik ini, kaum muda memiliki peran strategis dalam roda perjalanan bangsa Indonesia. Hampir setiap fase sejarah,kaum muda selalu hadir dan mengambil peran tersendiri dan mampu mengubah arah perjalanan bangsa.
“Maka pemahaman terhadap nilai-nilai pilar kebangsaan diperlukan oleh kaum muda saat ini. Yaitu, melalui pemahaman yang baik terhadap Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika,” terang Budiono yang kini juga duduk di kursi DPD RI dapil Provinsi Jawa Timur ini.
Selain itu, lanjut Budiono, kaum muda memiliki jiwa nasionalisme yang kuat. Sehingga bekal pilar kebangsaan menjadi benteng terhadap pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.
Budiono berfoto bersama para peserta Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di SMKN 1 Dolopo, Madiun (matakamera/ist) |
Karena kaum muda adalah sasaran utama penetrasi budaya asing diIndonesia,” tegas Budiono di hadapan sekitar 150 orang dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Madiun.
Kesempatan yang sama, DR. H. Agus Tricahyo, MA. menyampaikan dalam konteks agama Islam bahwa umat muslimterjadi variasi dan polarisasi terkait konsep kenegaraan di Indonesia pada massa orde lama.
Konstitusi negara kita dalam UUD 1945,salah satu pasal menyatakan bahwa Negara Indonesia ialah negara kesatuan, yang berbentuk Republik. Ini berbeda dengan konsepKartosoewirjo, pendiri Negera Islam Indonesia (NII), menyatakan bahwa Negara Islam Indonesia adalah negara Kurnia Allah SWT kepada bangsaIndonesia.
“Ada ayat lain yang mengatakan bahwa negara menjamin berlakunya syari’at islam di dalam kalangan kaum muslimin,” terang narasumber yang juga dosen STAIN Ponorogo ini.
Berbeda pula dengan konsep Jama’ah Islamiyyah, bahwa sasaran perjuangan jama’ah ini adalah mewujudkan tegaknya Daulah Islamiyyahsebagai basis menuju wujudnya kembali Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah. NII dan Jama’ah Islamiyyah (JI) maupun kelompok-kelompokIslam lainnya yang mengusung konsep negara Islam, Khilafah Islam atau Daulah Islamiyyah merupakan sebagian contoh yang tidak puasdengan konsep bangsa Indonesia yang sekarang ini.
Berbeda dengan Muhammadiyah, dalam MKCH (Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup), Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dannegara Rebuplik Indonesia yang berdasar Pancasila dan UUD 1945.
"Dalam Muhammdiyah, berusaha bersama- sama menjadikan suatu negarayang adil makmur yang diridloi Allah SWT, Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofur," pungkasnya.
(sk/ab/2018)
0 komentar:
Post a Comment