Massa yang berdemo sempat menutup jalur utama Nganjuk-Rejoso di perempatan Pasar Ngrengket, Sukomoro, Kamis 5 April 2018 (matakamera/foto : Viky Dimas Wijayanto) |
by Panji LS
matakamera, Nganjuk – Masyarakat Nganjuk pernah menumpahkan kekesalan lantaran banyak jalan rusak berlubang, sehingga membuat kalimat sindiran ‘wisata jeglongan sewu’.
Di jalan raya Nganjuk-Rejoso mulai Desa Ngrengket (Sukomoro) sampai Desa Kedungdowo (Nganjuk) kondisinya lebih parah. Jalan aspal yang dahulu mulus kini tak hanya berbuah menjadi ‘wisata jenglongan sewu’, tapi juga ‘wisata udan awu’, karena debu-debu tebal beterbangan setiap kali truk-truk material tol lewat.
"Wisata baru di desa Ngrengket kecamatan Sukomoro. Baru saja di resmikan 'Wisata Udan Awu'." tulis pemilik akun Raka Setia Aditama, di linimas grup Facebook Info Seputar Nganjuk (ISN).
Kesabaran warga sekitar Desa Ngrengket pun habis, sehingga pada Kamis pagi 5 April 2018, mereka turun ke jalan melakukan demonstrasi.
Warga geram, lantaran jalan desa mereka menjadi rusak setelah dilalui truk pengangkut material. Bila musim hujan jalan menjadi licin, sementara bila saat cuaca terik debu-debu berterbangan menganggu pernafasan.
Massa dengan membawa sejumlah kendaraan roda dua dan roda empat juga sempat mendatangi Kantor PP sebagai pelaksana proyek tol trans Jawa (matakamera/foto : Chaca Klopo) |
Salah satu warga, Jayus mengatakan, warga sudah menahan kekesalan selama kurang lebih dua tahun. Padahal dijanjikan pada akhir 2017 pembangunan tol selesai, namun hingga saat ini masih belum ada tanda-tanda pembangunan tersebut akan rampung.
“Warga sudah kesusahan dengan banyaknya debu ini. Ada yang batuk tidak sembuh-sembuh, mengalami sesak nafas. Selain itu banyaknya kendaraan truk pengangkut material mengakibatkan warga kehilangan penghidupan mereka, karena jalan menjadi sepi,” jelas Jayus.
Massa meminta ke PT PP untuk segera melakukan perbaikan jalan yang rusak, dan melakukan penyiraman jalan agar debu tidak menyebar.
Menanggapi tuntutan pendemo, perwakilan dari PT PP, Amru Khazsa mengatakan, pihaknya akan memenuhi permintaan warga untuk melakukan penyiraman jalan, sementara perbaikan jalan pasti akan dilakukan, menunggu proyek tuntas.
“Baik kita akan melakukan penyiraman, namun untuk perbaikan jalan tidak bisa dilakukan. Karena truk material yang melintas bukan hanya material jalan tol, namun juga truk pengangkut material pembangunan pabrik yang ada di sekitar tol,” ujar Amru.
Aksi yang dilakukan warga tersebut sempat mendapat peringatan dari pihak kepolisian, karena aksi dilakukan tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu. Mendapat peringatan tersebut, warga mengaku apa yang dilakukan warga tersebut dilakukan secara spontan.
Meski sudah melakukan mediasi dengan pihak pelaksana jalan tol, namun warga mengancam akan kembali melakukan aksi bila tuntutan warga tidak dipenuhi.
(ds/ab/2018)
0 komentar:
Post a Comment