TGB Zainul Majdi menghadiri peringatan Isra' Mi'raj di MI Negeri 1 Ambarawa, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, 29 Maret 2018 lalu (foto : tgb.id) |
Ditulis oleh : Rosihan M Nurdin *)
Ketika pertama kali mendengar Muhammad Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang (TGB) akan nyapres, orang mungkin akan bertanya, bagaimana caranya? Kemudian, apa yang bisa diandalkan? Jalur politik mana yang akan digunakan?
Pertanyaan itu wajar muncul, meskipun TGB kini menjabat Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB).
Untuk bisa menuju Jakarta memang tidak bisa menggunakan jalur biasa. Harus ada jalur yang luar biasa.
Seiring perjalanan waktu, ternyata semua pertanyaan di atas terjawab satu persatu, bahwa perjalanan TGB menuju Istana Negara sangat mungkin dan jalannya semakin terbuka lebar.
Ada gerakan yang sistematis yang telah dilakukan TGB beserta simpatisan, yang belum tentu dapat dilakukan oleh calon lain yang ingin nyapres.
Pertama, coba kita lihat dari keteladanannya. Banyak orang yang membicarakan bagaimana santunnya TGB dalam bertutur kata. Ucapan-ucapan yang keluar dari mulutnya menyejukkan hati.
Selain itu kesederhanaan hidup. Sudah menjadi rahasia umum kalau orang sering melihat beliau berjalan kaki dari rumah dinas menuju kantornya, Jarang sekali terdengar sirine patwal ketika beliau bepergian.
Belum lagi, cerita dari komunitas sepeda pancalnya. Tidak pernah terlihat kalau beliau adalah pejabat dan orang nomor satu di NTB.
Kedua, dari segi keistimewaannya. Walaupun beliau menjabat gubernur pada usia yang sangat muda, yaitu 36 tahun, tetapi prestasi yang ditoreh sangatlah luar biasa.
NTB sekarang telah menjelma menjadi daerah tujuan wisata utama baik untuk turis lokal maupun mancanegara. Dari sini saja dampak dominonya sangat banyak. Jumlah pengangguran dari tahun ke tahun semakin berkurang, lapangan kerja menjadi bertambah, pertumbuhan UMKM terus naik, termasuk juga berdampak positif terhadap tingkat pendidikan masyarakat yang semakin membaik.
Pertanyaannya, apakah dengan semua keteladanan dan keistimewaannya itu sudah cukup untuk mau dilirik oleh partai pengusung?
Tentu jawabannya sangat tidak cukup. Kemudian bagaimana caranya supaya bisa masuk radar nasional? Di sinilah keistimewaan TGB. Modal keteladanan dan keistimewaan yang dimiliki merupakan pintu masuk untuk bertarung.
Orang menjadi percaya bahwa TGB adalah calon pemimpin yang bisa diandalkan. Potensi dan kompetensinya sangat memadai. Belum lagi dengan kemampuan beliau sebagai ulama yang hafal Alquran. telah menambah keyakinan banyak orang bahwa TGB adalah model pemimpin masa depan yang diharapkan.
Dari sosok pribadi yang terbaca tersebut kemudian banyak orang atau kelompok orang yang secara sukarela mempromosikan TGB sebagai orang yang pantas untuk memimpin Indonesia lima tahun ke depan.
Sebut saja kelompok alumni Al Azhar. Sejak TGB menjabat sebagai Ketua menggantikan Qurais Shihab, secara masif anggota Internasional alumninya mempromosikan TGB sebagai capres.
Kelompok ini adalah sarana yang sangat efektif, karena pada umumnya mereka adalah penceramah maka setiap saat bisa menyampaikan pandangan-pandangan mereka tentang TGB, secara luas dan kontinyu kepada masyarakat Muslim di seluruh Indonesia.
Salah satu contohnya yang dilakukan oleh Ustad Abdul Somad. Pengikutnya jutaan. Ceramahnya selalu ramai dan disela-sela ceramah dengan sukarela dan antusias mempromosikan TGB presiden masa depan.
Apa hanya itu gerakannya? Ternyata tidak.
Secara sukarela anggota pengajian yang tersebar di seluruh penjuru nusantara membentuk kelompok-kelompok sendiri, sebagai sukarelawan mempromosikan TGB presiden.
Memang TGB adalah ketua DPD Partai Demokrat. Namun jalur itu dianggap bukan rel yang bisa mengantarkan beliau ke Jakarta. Ada rel lain yang lebih cepat ,efektif dan dahsyat, yang telah berjalan mengantar TBG menuju Istana. Semoga sampai ke tujuan dengan selamat dan mampu duduk di singgasana sesuai harapan dan doa banyak orang. Amin Allahumma Amin.
*) Penulis adalah pemerhati politik asal NTB, kini tinggal di Malang, Jawa Timur
0 komentar:
Post a Comment