kopi darat anggota Group Facebooker Nganjuk (GFN) |
Jumat 15 Oktober 2018
matakamera, Nganjuk - Senasib sepenanggungan, itulah salah satu kalimat yang muncul dari anak rantau asal Nganjuk. Berbekal rasa solidaritas dan persaudaraan yang tinggi, mereka akhirnya berkumpul dalam suka duka di dunia maya, dengan wadah Group Facebooker Nganjuk (GFN).
Kini, komunitas sosial media (sosmed) facebook yang diberi nama GFN ini sudah berusia 9 tahun. Komunitas yang didirikan oleh Listyanti asal Desa Jatisari Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk yang merantau di Jakarta ini, awalnya hanya untuk menemukan teman-teman sekolahnya yang sudah lama tak tahu kabarnya.
Namun justru malah disambut baik oleh para pengguna facebook dari Nganjuk yang merantau di Indonesia maupun luar negeri. Semakin lama, para warganet perantauan asal Nganjuk banyak yang bergabung dalam komunitas ini, meski hanya sebatas canda tawa.
Menurut akun Mas Jhon, bagian dari pendiri GFN, ada keunikan di grup ini, yakni rasa persaudaraan di perantauan, semakin banyak teman saling menguatkan dalam menjalin tali silaturahmi sesama warga Nganjuk yang mencari sesuap nasi di luar Kabupaten Nganjuk.
Tak disangka, dalam usianya yang baru 9 tahun, sudah terdiri beberapa koordinator wilayah (korwil) di berbagai pelosok tanah air, bahkan di luar negeri. Di antaranya Korwil Hongkong, Jakarta, Bogor, Bekasi, Bandung, Surabaya, Kalimantan, Papua dan lain-lain. “Ini berarti GFN punya potensi positif dalam menciptakan kerukunan dan keguyubrukunan,” katanya.
Pentingnya menjaga tali silaturahmi sesama anggota, membuat sesama anggota saling mengenal satu sama lainnya. Apalagi GFN bukan hanya canda tawa dalam dunia maya saja, melainkan diwujudkan dalam kegiatan di dunia nyata.
“Selain memperhatikan anggota, kita juga selalu membuat kegiatan sosial masyarakat. Salah satunya mengagendakan kegiatan santunan anak yatim piyatu, janda-janda fakir miskin, peduli pendidikan, pengobatan gratis, dan yang baru ini membedah rumah Mbah Sofiah, warga Desa Salamrejo Kecamatan Ngetos,” ujar Ahmad Khudori (Cak Rie Nganjuk), Pjs. Ketua 1 GFN.
Sebelum pelaksanaan bedah rumah tersebut, tentu sudah menjadi pertimbangan dan kegiatan tersebut pun pembina menggali informasi dan mohon izin kepada pemerintah desa setempat. “Kegiatan ini juga kita laporkan kepada Wakil Bupati Nganjuk, Marhaen Djumadi yang juga salah satu pembina GFN,” tutur Cak Rie.
Muhammad Syamsudin Alqomari, salah satu pembina GFN, selalu mengarahkan kepada semua korwil-korwil bahwa apa yang sudah diperbuat GFN untuk orang lain selagi itu bermanfaat, semua akan berdampak pada siapapun yang melakukannya.
Sebagai pembina, dia merasa berat karena akhir-akhir ini produktivitas dan kreativitas anggota semakin tinggi. Menurutnya, pola pikir dan perbedaan pandangan dalam berorganisasi itu hal biasa, dan sudah semestinya semua anggota menghormati perbedaan-perbedaan tersebut, karena perbedaan adalah investasi menuju kesinergian.
“Yang lebih penting, perbedaan pendapat itu tidak lepas dari jalur organisasi. Mungkin dalam waktu dekat ini saya akan mencoba untuk membuat musyarawah bersama pengurus korwil di seruluh Indonesia. Waktu dan tempat sedang dipersiapkan oleh tim steering committe,” urainya.
Nganjuk punya anak rantau yang bersumberdaya cukup. Penting rasanya Pemerintah Kabupaten Nganjuk (bupati dan wakil bupati) memberikan ruang untuk bisa bertukar pikiran menyampaikan ide-ide demi kemajuan Nganjuk.
“Saya ingin mendapatkan informasi, mungkin Pemkab Nganjuk, mungkin punya agenda terkait BLK (balai latihan kerja), karena anggota kami di Korwil Nganjuk masih banyak yang nganggur. Dengan ada pelatihan tenaga kerja terampil, secara pasti pengganguran bisa berkurang,” ungkap sang advokad ini.
Edited by Panji LS
(ds/ab/2018)
0 komentar:
Post a Comment