Roshi (kanan) menunjukkan buah naga yang dihasilkan dari kebunnya, di Dusun Wates, Desa Baron, Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur (foto : Dok. Roshi) |
Kamis 24 Januari 2019
by Panji Lanang Satriadin
matakamera, Nganjuk - Harga jual buah naga di pasaran sedang anjlok. Banyak petaninya yang mengeluh rugi.
Namun, ini tak berlaku bagi Muhammad Sabilul Faroshi, 25, petani buah naga asal Dusun Wates, Desa Baron, Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk.
Roshi, sapaannya, justru bisa menuai keuntungan berlipat dari hasil panen buah naga di ladangnya. Meskipun, harga di pasaran diakuinya sedang turun belakangan ini.
"Harga normal biasanya Rp 15 ribu per kilo, sekarang jadi Rp 8 ribuan per kilo," ujar Roshi, ketika ditemui di kebun buah naga miliknya, Kamis 26 Januari 2019.Jika menjual buah naga murni hasil panen, Roshi pasti merugi.
Untungnya, Roshi cukup kreatif mengolah hasil panennya itu agar tetap bisa menghasilkan keuntungan.
Caranya, dengan mengolah bahan baku buah naga segar, menjadi aneka produk makanan olahan bernilai jual tinggi.
"Saya olah menjadi selai, sirup, stik, sampai teh buah naga," ujar Roshi yang sudah brrtani buah naga selama tiga tahun terakhir.
Adonan selai buah naga yang diproduksi Roshi |
Dari lahan seluas 1,5 hektare, sekali panen dia mampu menghasilkan buah naga hingga 5 ton. Jumlah sebanyak itu cukup banyak menghasilkan aneka produk olahan.
Salah satu contoh produknya adalah selai buah naga. Untuk satu botol selai ukuran 200 gram, yang terbuat dari 1 kilogram buah naga, Roshi menjualnya seharga Rp 35 ribu. Nilainya jauh lebih tinggi dari harga buah naga murni yang kini hanya Rp ribu per kilogram.
Roshi yang berstatus mahasiswa tingkat akhir di Universitas Wahab Hasbullah (Unwaha) Jombang ini, memasarkan produk-produk olahan buah naga buatanny secara online.
Hasilnya laris manis.Bahkan, pembelinya kini sudah tersebar di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, hingga Pulau Kalimantan.
(ds/ab/2019)
0 komentar:
Post a Comment