Dari kiri ke kanan : Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhammad Sadli, Kepala BMKG Sawahan M.Chudori, Perwakilan BPBD Nganjuk Nugroho, dan Anggota Komisi V DPR RI Hengky Kurniadi (ist) |
Selasa 19 Februari 2019
by Panji Lanang S
matakamera, Nganjuk - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sawahan, Kabupaten Nganjuk, menyelenggarakan kegiatan Sekolah Lapang Geofisika (SLG), dengan melibatkan para relawan bencana alam dari berbagai unsur.
Kegiatan berlangsung di Aula Hotel Istana, Jalan Raya Kedondong Nganjuk, Selasa 19 Februari 2019.
Sekolah lapang sengaja digelar di Kabupaten Nganjuk, sebagai salah satu wilayah yang berpotensi terjadi gempa, dengan dan mengundang seluruh elemen masyakarat dan pemerintah.
Antara lain dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nganjuk, Desa Tanggap Bencana (Destana), dan berbagai unsur relawan kebencanaan lainnya di Kabupaten Nganjuk.
Hadir dalam kegiatan tersebut Deputi Bidang Geofisika BMKG pusat, DR Ir. Muhammad Fadli M. Eng, Anggota Komisi V DPR RI Hengky Kurnaiadi SH, MH, dan Kepala BMKG Sawahan M. Chudori.
Deputi Geofisika BMKG pusat Muhammad Fadli mengatakan, kegiatan SLG dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan mitigasi dan penanganan bencana, khususnya gempa bumi.
Sehingga, kata Sadli, diharapkan saat bencana terjadi, korban jiwa dan kerusakan bisa diminimalisir.
Peserta SLG berasal dari unsur BPBD Nganjuk, desa tanggap bencana Nganjuk, dan berbagai elemen relawan kebencanaandi Kabupaten Nganjuk (ist) |
"Karena yang paling banyak bergerak saat bencana terjadi ya relawandi lapangan itu, yang bersentuhan langsung dengan masyarakat," kata Sadli di sela acara SLG.
Materi yang diberikan pada SLG di antaranya informasi dan penjelasan terkait gempa, bagaimana proses menyelamatkan diri saat gempa terjadi.
"Juga proses evakuasi dan mitigasi gempa. dan penangan recovery pasca gempa," jelasnya.
Sementara itu, Anggota Komisi V DPR-RI yang membuka acara SLG menyampaikan, Undang-undang kebencanaan sudah saatnya diperbarui. Mengingat, Indonesia berada dalam ring of fire yang sangat rawan bencana.
"Tanggap darurat harus cepat. BMKG, Basarnas, BNPB harus lebih efektif dan efisien dalam penanggulangan bencana. Karena itu, kita coba menyiapkan rancangan dan kajian ke sana," ujar legislator dari dapil VIII Jatim ini.
Terkait kelengkapan peralatan deteksi bencana, Hengky sebagai mitra BMKG di Senayan juga mendorong upaya pendataan ulang, peremajaan maupun pengadaan perangkat deteksi kegempaan dan tsunami yang belum dimiliki sampai saat ini.
Sedangkan dari sisi masyarakat, Hengky memberi contoh budaya tanggap bencana yang sudah bagus di negara Chile.
Sistem tanggap darurat bencana di egara itu diakui Hengky sudah tertata dengan matang, berikut sarana pendukungnya.
Bahkan, secara alami mereka sudah memiliki kultur budaya relawan yang disebut bomberos, yang selalu siap siaga menanggulangi bencana di berbagai bidang.
"Ini akan sangat bagus jika bisa diadopsi di negara kita, dan diterapkan oleh para relawan kebencanaan dan masyarakat," tukasnya.
(ds/ab/2019)
0 komentar:
Post a Comment