Wakil Bupati Nganjuk saat meninjau pintu air sungai yang tersumbat bambu, sehingga memicu luapan air bah, Rabu pagi 6 Maret 2019 |
Rabu 6 Maret 2019
by Panji LS
matakamera, Nganjuk - Wakil Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi meninjau lokasi banjir yang melanda beberapa desa dan kecamatan, di Kabupaten Nganjuk, Rabu 6 Maret 2019.
Wabup didampingi Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nganjuk Soekonjono, Kepala Dinas Sosial PPPA Nganjuk Mokhammad Yasin, dan sejumlah pejabat terkait.
Kunjungan Wabup Marhaen diawali di Kecamatan Berbek, di mana beberapa desa terkena banjir hampir 1 meter dan merendam ratusan rumah, antara lain Desa Grojogan dan Desa Sonopatik.
Lokasi lainnya di Kecamatan Bagor, Kecamatan Sukomoro, Nganjuk kota, hingga terakhir di Desa Banaran Kecamatan Pace.
Wabup Marhaen mengatakan, bahwa kunjungan ini dimaksudkan untuk melihat dari dekat lokasi, sekaligus mengetahui kondisi warga masyarakat yang terkena banjir, sebagai bentuk perhatian dan kepedulian pemerintah Kabupaten Nganjuk.
Menurut Wabup, banjir yang terjadi ini selain disebabkan tingginya curah hujan beberapa hari terakhir, sehingga memicu meluapnya sungai-sungai dari hulu Gunung Wilis.
Wabup Marhaen juga telah memerintahkan seluruh instansi dan elemen terkait untuk bekerja di lapangan melakukan penanganan, sekaligus bersiaga 24 jam mengantisipasi bila ada banjir susulan.
Sedangkan untuk warga terdampak yang hingga kini masih dalam pendataan, seperti bangunan rusak dan kerugian material lainnya, akan ditangani oleh BPBD Nganjuk dan Dinas Sosial PPPA Nganjuk.
Lebih lanjut Wabup mengatakan, untuk upaya ke depannya dalam meminimalisasi banjir, pihaknya akan menata ulang manajemen pengelolaan air di Kabupaten Nganjuk.
Hal ini berdasarkan temuannya di lapangan, saat berkeliling meninjau lokasi banjir, ternyata ada sungai-sungai kecil yang tetap kering.
"Di Nganjuk ini kan punya kelebihan airnya kenceng. Tapi cepet surut juga. Tadi ada sungai yang memang debit airnya tinggi. Tapi ada juga sungai kecil itu masih kosong. Jadi mungkin manajemen airnya harus dipakai. Jadi tidak sampai satu titik antrean airnya penuh, yang lainnya kosong. Artinya, pengeloaan airnya harus lebih merata," ujar Marhaen.
(ds/ab/2019)
0 komentar:
Post a Comment