Suasana aksi demonstrasi massa dari Desa Ngepung, Kecamatan Patianrowo, di depan Pendopo Pemkab Nganjuk, Selasa 23 Juli 2019 (ist) |
Selasa 23 Juli 2019
by Panji Lanang Satriadin
matakamera, NGANJUK - Ratusan massa dari Desa Ngepung, Kecamatan Patianrowo, menggeruduk pendopo Pemkab Nganjuk, Selasa pagi 23 Juli 2019.
Massa dari desa yang sama tercatat sudah beberapa kali melakukan aksi demonstrasi, sebagai buntut pilkades serentak 12 Februari 2019 lalu.
Pada aksinya kali ini, para demonstran mengusung isu kasus dana desa, aset desa, hingga anggaran BUMDes.
Mereka mendesak bertemu dengan Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidhayat, yang dinilai mengabaikan dua kali surat yang telah dilayangkan pada Mei dan Juni 2019.
Suroso, salah satu orator, mengaku kecewa dengan Bupati Nganjuk. Kekecewaannya antara lain terkait kasus aset desa yaitu penjualan bengkok yang tidak jelas.
Kedua, lanjut Suroso, tentang dana desa yang mencurigakan, karena Kepala Desa Ngepung Hendra Wahyu Santosa, disebutnya melempar tanggung jawab kepada Bupati Nganjuk ketika dimintai penjelasan. Adapun poin tuntutan yang terakhir tentang penyalahgunaan anggaran BUMdes Ngepung.
“Surat kita (ke Bupati) sudah dua kali, dijawab saja tidak. Seharusnya Bupati menjawab apa yang disampaikan Kepala Desa, tentang kenapa Bupati yang harus menjawab uraian rincian dana desa,” ujarnya dalam orasi.
Aksi sempat memanas ketika mereka gagal menemui Bupati Novi. Apalagi mereka sempat dilarang memasuki area pendopo Pemkab, sehingga massa beramai-ramai menendang dan mendorong pagar besi yang dijaga Satpol PP dan polisi.
Di tengah keriuhan aksi massa, Wakil Bupati Marhaen Djumadi tiba-tiba muncul dan langsung menerobos kerumunan massa pendemo.
Wabup Marhaen Djumadi saat menemui sejumlah perwakilan massa pendemo dari Desa Ngepung, di kompleks Pendopo Pemkab Nganjuk, Selasa 23 Juli 2019 (ist) |
Ini buka pertama kalinya Wabup Marhaen memberanikan diri pasang badan menemui pendemo. Pada beberapa aksi demonstrasi sebelumnya, Wabup jugalah yang selalu menemui dan berdialog dengan massa. Sementara Bupati Novi, tidak diketahui keberadaannya selama aksi berjalan.
Namun tak disangka, massa kali ini seperti tidak mempedulikan kehadiran Wabup Marhaen. Bahkan mereka mengusirnya secara halus.
“Tolong Pak Marhaen jangan memecah fokus kami, silakan masuk. Kami tidak ada kepentingan dengan Bapak,” ujar Suyadi, Korlap aksi.
Pihak demonstran menolak kehadiran Wabup Marhaen karena mereka mengaku fokus ingin bertemu Bupati Novi.
“Tidak (bermaksud) mengusir, ini kan manajemen aksi. Pak Marhaen teman kita, seharusnya jangan lewat sini, bisa saja kita tuduh sebagai provokator lho. Karena yang kita tuju adalah bupati bukan wakil bupati,” tutur Suyadi kepada wartawan.
Kericuhan akhirnya bisa diredam berkat kesigapan aparat keamanan Satpol PP, yang di-back up personil Polri dan TNI.
Puncaknya, sejumlah perwakilan massa diperkenankan masuk area pendopo untuk berdialog. Dari pihak pemerintah, tetap diwakili oleh Wabup Marhaen. Dia berjanji akan segera menurunkan tim dari instansi terkait ke lapangan, untuk menyelidiki kebenaran dari apa yang dituduhkan massa pendemo.
Perwakilan massa tidak menyerah begitu saja. Mereka bersedia membubarkan diri, namun juga mengklaim akan menggelar aksi yang lebih besar, jika tuntutan tidak segera direspons.
(ds/ab/2019)
0 komentar:
Post a Comment