Menyikapi persoalan tersebut, Bupati Novi langsung memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) Satuan Gugus Tugas COVID-19 bersama Forkopimda dan anggota Satgas COVID-19, yang dilaksanakan pada Jumat pagi 18 September 2020, di Ruang Rapat Anjuk Ladang Pemkab Nganjuk.
Rapat membahas bagaimana kondisi saat ini terkait COVID-19 sekaligus mencari solusi agar tren penyebaran COVID-19 di Kabupaten Nganjuk bisa turun.
Hadir pula dalam rakor tersebut, Wakil Bupati Marhaen Djumadi, Sekretaris Daerah Nganjuk Mokhamad Yasin, didampingi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk Ahmad Noeroel Cholis.
Bupati Novi yang memimpin rakor menekankan tiga hal penting. Pertama, pihaknya ingin penerapan sanksi terhadap pelanggar protokol kesehatan benar-benar dijalankan efektif. Yakni mengefektifkan operasi masker di lapangan dan pemantauan pemakaian masker oleh masyarakat.
"Kalau bisa dan perlu silakan tim turun secara seporadis, termasuk penerapan di tempat ibadah karena kami melihat masih banyak warga tidak pakai masker," tegas.
Kedua, kata Novi, terkait kebijakan isolasi mandiri bagi pasien positif tanpa gejala maupun gejala ringan. Di mana pelaksanaan isolasi sebaiknya dilakukan kembali seperti awal, yakni semua pasien yang terkonfirmasi positif diisolasi di RS Darurat Mpu Sendok Nganjuk.
"Baru ketika gejalanya semakin berat bisa dirawat di RS Rujukan Covid-19 di Nganjuk atau rumah sakit lainnya," ucap Novi.
Rakor juga dihadiri oleh jajaran Forkopimda Kabupaten Nganjuk |
Berikutnya, yang ketiga, mengingat akan datangnya bulan Maulud di mana akan ada banyak hajatan, maka GTPP Covid-19 harus mendisiplinkan izin mengadakan resepsi pernikahan dan kegiatan lainya.
"Tidak boleh ada prasmanan, kalau bisa tamu datang, isi buku tamu, memberi ucapan atau bingkisan, foto, dan pulang. Tidak boleh ada kerumunan dan itu harus tegas," tandasnya.
Efektifitas isolasi mandiri di rumah, terungkap dari penjelasan Kepala Dinas Kesehatan Nganjuk, Ahmad Noeroel Cholis. Dalam laporannya Cholis mengatakan, sampai semalam ada 391 kasus positif Covid-19.
Setiap hari kasus positif corona di Nganjuk selalu bertambah meski tidak banyak dan pernah sampai 16 orang per hari. Trend penambahan jumlah kasus positif terjadi karena ada peraturan baru yang mengharuskan pasien tanpa gejala (OTG) dan gejala ringan, untuk isolasi mandiri di rumah.
Sedangkan yang dirawat di rumah sakit hanya pasien yang memiliki gejala sedang hingga berat. "Dampaknya bisa dilihat, justru dengan isolasi mandiri ternyata banyak rumah-rumah yang tidak siap dan akhisnya muncul klaster keluarga sampai sekarang," kata Cholis.
Menurut Cholis, klaster keluarga muncul diawali empat karyawan dari pabrik rokok di Surabaya yang pulang ke Nganjuk. Sudah ada hasil rapid dan swab test positif, namun kemudian salah satu karyawan melakukan isolasi mandiri dan akhirnya satu keluarga ikut positif.
"Dan masih banyak kasus-kasus dari klaster keluarga yang muncul karena isolasi mandiri. Kalau kebijakan ini tak dirubah maka kasus positif akan terus bertambah," tutur Cholis. (Adv)
Reporter : Panji Lanang Satriadin
0 komentar:
Post a Comment