Jajaran Forkopimda Kabupaten Nganjuk saat mengikuti Upacara Hari Santri Nasional di Pendopo Pemkab Nganjuk, Kamis 22 Oktober 2020 |
Upacara dipimpin oleh Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidhayat, bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Kabupaten Nganjuk. Hampir semua peserta upacara mengenakan pakaian khas santri, yakni peci, baju koko hingga sarung.
Dari DPRD Nganjuk, hadir sosok legislator dari kalangan santri Nahdliyin, Ulum Basthomi. Ketua DPC PKB Nganjuk itu tampak mengenakan sarung dan kemeja putih, berdiri di sebelah Bupati Nganjuk.
Ulum mengatakan, Upacara Hari Santri tahun 2020 ini merupakan bentuk apresiasi pemerintah daerah terhadap santri para kiai. Hal ini mengingat perjuangan para santri dan para kiai, yang dulu telah gigih mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
"Dengan pedoman fatwanya Mbah Kiai Hasyim Asy'ari tentang resolusi jihad, bahwa hubbul waton minal iman, atau cinta tanah air adalah bagian dari iman, dan untuk berjuang serta mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia adalah hukumnya Fardlu 'Ain atau wajib," terang Wakil Ketua DPRD Nganjuk tersebut.
Maka, lanjut Ulum, ketika para kiai dan santri sudah berjuang begitu gigihnya, bahkan banyak yang gugur, pengakuan sejarah bahwa santri ikut berperan dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia patut untuk diapresiasi dan patut untuk dihargai.
"Hingga ketika empat tahun yang lalu, Presiden Jokowi mengeluarkan Keppres yang isinya menetapkan bahwa tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Ini menunjukkan bahwa pemerintah sudah mengakui dan mengapresiasi perjuangan para kiai dan para santri," tegas Ulum.
Lebih lanjut Ulum menjelaskan, jika selama ini kita mengenal istilah 'Jas Merah', yang berarti jangan melupakan sejarah, maka kini juga ada 'Jas Hijau', yang bermakna jangan sekali-kali hilangkan jasa ulama.
Bahwa NKRI ini, kata Ulum, dibangun dengan nasionalisme dan agamisme. Jadi, orang-orang yang agamis berpedoman cinta tanah air atau nasionalisme adalah bagian dari iman.
"Menjadi kewajiban kita semua untuk berjuang dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Dan di momentum Hari Santri ini, dengan tema Santri Sehat Indonesia Kuat, kita juga prihatin karena perhatian terhadap pesantren tempat santri menimba ilmu masih kurang, ketika Undang-Undang Pesantren sudah diketok. Sampai hari ini implementasinya yang kita tunggu, bahwa pondok pesantren tempat santri menimba ilmu sangat butuh perhatian," urai Ulum.
Iapun berharap, momentum Hari Santri kali ini lebih menumbuhkan semangat para santri untuk terus berkiprah, memberikan kontribusinya terhadap pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Tetapi sekali lagi kita berharap juga pemerintah semoga dengan momentum Hari Santri ini lebih memperhatikan nasib pesantren nasib santri dan kiai, yang kesemuanya berada di lingkungan pesantren," tukas Ulum.
Untuk diketahui, selain di pendopo, upacara juga diikuti camat se Kabupaten Nganjuk melalui upacara dalam jaringan (daring).
Sementara Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidhayat menyampaikan, bahwa para santri patut bersyukur karena santri mempunyai hari yang sangat istimewa, di mana tanggal 22 Oktober telah ditetapkan oleh presiden Joko Widodo menjadi hari santri, melalui melalui Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 22 Tahun 2015, tertanggal 15 Oktober 2015, tentang Hari Santri Nasional.
Reporter : Panji Lanang Satriadin
0 komentar:
Post a Comment