Nelayan bersama temuan drone bawah laut yang diyakini milik China /Foto: Twitter @Jatosint |
Sabtu 2 Desember 2021
Di pengujung tahun 2020, kita dikejutkan dengan penemuan mesin drone tanpa awak di perairan Pulau Selayar, Sulawesi Selatan.Alat pengintai yang secara tidak sengaja tersangkut jaring nelayan lokal itu, disebut-disebut sebagai pesawat tanpa awak kapal selam Cina, UUV Chinese Sea Wing atau Haiyi.
matakamera, Jakarta - Benda asing itu sebenarnya sudah ditemukan oleh Saeruddin, seorang nelayan lokal di perairan Selayar, sejak 20 Desember 2020. Namun, kabar tersebut baru menyebar luas sepekan kemudian.
Dilansir pikiranrakyat.com (2/1), benda berbentuk torpedo itu diketahui lengkap dengan kamera dan antena pada bodi, dan saat terbawa jaring milik nelayan, masih aktif dengan lampu yang berkedip-kedip dan sensor berfungsi.
Hal ini membuat Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin, meminta pemerintah khususnya TNI Angkatan Laut (AL) dan Badan Keamanan Laut (Bakamla), perkuat keamanan bawah laut Indonesia.
Menurut Azis, seperti dikutip Pikiran-rakyat.com dari Antara, drone tersebut diduga milik China dengan dilengkapi banyak sensor serta transmitter jarak jauh.
"Tentunya ini menjadi perhatian khusus dan sangat berbahaya bagi keamanan NKRI, hal seperti ini perlu ditangani dengan serius dengan memodernisasi peralatan kontra-surveillance," kata Azis.
Azis juga meminta Kementerian Luar Negeri tegas menyampaikan nota diplomatik dengan mengirimkan surat protes kepada China.
Karenanya, politisi Partai Golkar itu mewanti-wanti, jangan sampai drone itu sudah mengirimkan data dari beberapa hasil temuan di perairan Indonesia.
Disorot Media Inggris dan Australia
Temuan benda tersebut juga turut disoroti media Inggris, Independent, yang kemudian mengutip analis pertahanan, yang mengatakan objek itu tampaknya adalah pesawat tak berawak kapal selam China yang dikenal sebagai UUV Chinese Sea Wing (atau Haiyi).
Pakar alutsista kapal selam H I Sutton mengatakan pesawat layang Sea Wing telah ditemukan di Indonesia setidaknya pada tiga kesempatan.
“Secara umum, desainnya mirip dengan pesawat terbang layang dengan gaya apung variabel lainnya. Pemotongan didasarkan pada kesimpulan tata letak internal dari foto-foto eksterior dan pengetahuan umum pesawat layang lainnya,” demikian kutipan pernyataan yang dilansir Independent.
Media Australia pun turut mewawancara analis keamanan yang berbasis di Indonesia, Muhammad Fauzan.
Fauzan, kepada ABC, merinci dua temuan sebelumnya terkait drone China di perairan Indonesia.
"Ini setidaknya ketiga kalinya drone semacam itu, yang saya dan banyak orang termasuk ahli yakini sebagai drone bawah air buatan China, [telah] ditemukan di perairan teritorial Indonesia," kata Fauzan.
Dia mengatakan temuan itu menimbulkan pertanyaan signifikan, apakah drone itu digunakan untuk pengumpulan intelijen atau survei ilegal.
Pada 2019, varian lain dari Sea Wing UUV ditemukan oleh nelayan Indonesia di sebuah pulau dekat Laut Cina Selatan. Pada Januari 2020, ditemukan lagi di Jawa Timur.
Independent menulis, Chinese Sea Wings memiliki kemiripan yang mencolok dengan Littoral Battlespace Sensing-Glider (LBS-G) Angkatan Laut AS dengan hanya sedikit perbedaan.
Pada bulan Desember 2016, sebuah kapal angkatan laut China menemukan LBS-G AS dan menangkap glider tersebut. Itu akhirnya dikembalikan oleh Beijing setelah perdebatan diplomatik antara kedua negara.***
(nji/pr)
0 komentar:
Post a Comment