Tak hanya itu, mereka juga berziarah ke Petilasan Makam Menteri Soepeno di desa setempat.
Nophy mengatakan, kegiatan baksos dan ziarah ke Petilasan Makam Menteri Soepeno ini dalam rangka memperingati hari pahlawan ke-76 tahun 2021.
“Ini merupakan rangkaian kegiatan peringatan hari pahlawan ke-76 tahun 2021 yang diselenggarakan oleh Kejari Nganjuk dan IAD Wilayah Nganjuk,” ujar Nophy, Jumat (5/11/2021).
Dikatakan Nophy, kegiatan baksos ini merupakan wujud kepedulian Kejari Nganjuk dan Pengurus IAD Wilayah Nganjuk kepada masyarakat kurang mampu. Tujuannya meringankan beban warga yang terdampak pandemi Covid-19.
“Pemberian baksos dari Kejari Nganjuk ini diharapkan bisa membantu meringankan beban warga yang kurang mampu, terutama para lansia yang kurang mampu akibat adanya pandemi Covid 19,” tuturnya.
Sementara itu, Kades Ngliman Imam Widodo menyampaikan terima kasih kepada Nophy beserta jajaran Kejari Nganjuk dan IAD Nganjuk, yang telah memberikan bantuan paket sembako kepada warganya yang kurang mampu.
“Kami sangat tersanjung atas adanya kegiatan ini, di mana Kejari Nganjuk memiliki perhatian khusus kepada warga kami terutama warga kami yang kurang mampu,” kata Imam.
“Semoga baksos berupa paket sembako yang diberikan kepada warga bisa bermanfaat bagi warga, dan merupakan bentuk sinergitas antara Pemerintah Desa Ngilman dengan Kejari Nganjuk,” lanjut dia.
Usai kegiatan baksos, Nophy dan rombongan melanjutkan ziarah ke Makam Petilasan Menteri Soepeno di Dusun Ganter, Desa Ngliman. Sesampainya di Petilasan, Nophy langsung disambut oleh abdi dalem petilasan.
Sekilas Riwayat Perjuangan Menteri Soepeno
Soepeno lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, pada 12 Juni 1916. Ayahnya adalah Soemarno, seorang pegawai rendah yang bekerja di perusahaan kereta api milik pemerintah kolonial Hindia Belanda di Tegal.
Di awal-awal kemerdekaan, Soepeno ditunjuk Bung Hatta sebagai Menteri Pembangunan dan Pemuda. Ia mulai bertugas sejak 29 Januari 1948.
Baca Juga : Kisah Serbuan Mendadak Pasukan Jenderal Soedirman di Nganjuk
Namun terjadi agresi militer Belanda II pada Tanggal 19 Desember 1948, dengan sasaran utamanya adalah Ibu Kota Republik di Yogyakarta.
Kala itu, tokoh-tokoh Republik Indonesia seperti Soekarno, Hatta, Sjahir, dan beberapa pemimpin lainnya ditawan, lalu diasingkan ke luar Pulau Jawa.
Beruntung, Soepeno dan beberapa pejabat tinggi negara lainnya selamat dari penangkapan. Akan tetapi mereka harus bergerilya lantaran terus dikejar pasukan Belanda.
Nah, pada 20 Februari 1949 Soepeno dan kawan-kawan menginjakkan kaki di Dusun Ganter, Ngliman. Mereka bersama-sama bergerilya melawan serdadu-serdadu Belanda.
Di Dusun Ganter itulah, Soepeno bersama yang lainnya menginap di rumah warga. Mereka berniat menetap selama beberapa hari, sebelum melanjutkan perjalanan.
Sudah beberapa hari Soepeno dan lima rekannya singgah di Dusun Ganter.
Pada 24 Februari 1949, Soepeno dan lima rekannya sedang mandi di Dusun Ganter. Tiba-tiba pasukan Belanda datang menyergap, lalu menangkap dan menembak mati Menteri Soepeno.
Jenazah Soepeno dimakamkan di dusun tempat mereka dihabisi.
Tepat setahun kemudian, pada 29 Februari 1950, jasad sang menteri dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan di Semaki, Yogyakarta. Sekarang pemakaman itu berganti nama menjadi Taman Makam Pahlawan Nasional Kusuma Negara.
Setelahnya, Pemerintah RI menetapkan Soepeno sebagai pahlawan nasional pada 13 Juli 1970.
Panji LS/Rif
Kala itu, tokoh-tokoh Republik Indonesia seperti Soekarno, Hatta, Sjahir, dan beberapa pemimpin lainnya ditawan, lalu diasingkan ke luar Pulau Jawa.
Beruntung, Soepeno dan beberapa pejabat tinggi negara lainnya selamat dari penangkapan. Akan tetapi mereka harus bergerilya lantaran terus dikejar pasukan Belanda.
Nah, pada 20 Februari 1949 Soepeno dan kawan-kawan menginjakkan kaki di Dusun Ganter, Ngliman. Mereka bersama-sama bergerilya melawan serdadu-serdadu Belanda.
Di Dusun Ganter itulah, Soepeno bersama yang lainnya menginap di rumah warga. Mereka berniat menetap selama beberapa hari, sebelum melanjutkan perjalanan.
Sudah beberapa hari Soepeno dan lima rekannya singgah di Dusun Ganter.
Pada 24 Februari 1949, Soepeno dan lima rekannya sedang mandi di Dusun Ganter. Tiba-tiba pasukan Belanda datang menyergap, lalu menangkap dan menembak mati Menteri Soepeno.
Jenazah Soepeno dimakamkan di dusun tempat mereka dihabisi.
Tepat setahun kemudian, pada 29 Februari 1950, jasad sang menteri dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan di Semaki, Yogyakarta. Sekarang pemakaman itu berganti nama menjadi Taman Makam Pahlawan Nasional Kusuma Negara.
Setelahnya, Pemerintah RI menetapkan Soepeno sebagai pahlawan nasional pada 13 Juli 1970.
Panji LS/Rif
0 komentar:
Post a Comment