Plt Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi berbicara di acara Peringatan Kudatuli, di Kantor PDIP Jatim, Selasa malam (26/7/2022) |
matakamera, Surabaya - Baitul Muslim Indonesia (BAMUSI) Jawa Timur menggelar peringatan Tragedi 27 Juli 1996 atau dikenal dengan peristiwa "Kudatuli", di Aula Megawati Soekarnoputri, Kantor Dewan Pimpinan Daerah PDI Perjuangan Jawa Timur, Selasa malam (26/7/22).
Di depan ratusan peserta dari berbagai elemen sayap partai, Plt Bupati Nganjuk yang juga kader PDIP Jatim, Marhaen Djumadi, mengulas refleksi dari tragedi sejarah di masa lampau yang pernah menimpa partai berlambang banteng tersebut. Ia tampak didampingi Sekretaris DPD PDIP Jawa Timur Sri Untari dan Tokoh peristiwa Kidatuli asal Nganjuk Mbah Susilo Muslim.
"Jangan pernah lupakan sejarah, Jas Merah harus kita pegang erat hingga tetes darah penghabisan," ujar Kang Marhaen, sapaan Marhaen Djumadi di depan hadirin.
Lebih lanjut Kang Marhaen mengatakan, PDI Perjuangan menjadi rumah besar rakyat dari berbagai suku agama dan ras. Karenanya Ia mengajak semua warga untuk bersama-sama menyatukan tekad mengokohkan Pancasila sebagai Falsafah hidup.
"Insya Allah bersama rakyat PDI Perjuangan akan hetrik menang kembali di 2024," ujar Kang Marhaen disambut tepuk tangan dan pekikan merdeka.
Sri Untari, Sekretaris PDIP Jatim menambahkan, eksistensi partai Marhaenis hingga hari ini adalah berkah perjuangan para pendahulu yang gigih memperjuangkan Idiologi Pancasila.
"Mati urip sampek gepeng pancet banteng," tegas politikus wanita yang juga Ketua Fraksi DPRD Jatim tersebut, disambut riuh tepuh tangan hadirin.
Adapun Mbah Susilo Muslim juga menyampaikan testimoni pengalamannya pelaku sejarah saat peristiwa Kudatuli terjadi pada 1996 silam.
"Saya saksi hidup pembela Bu Mega hingga darah terakhir," ungkap Mbah Muslim.
Ia juga adalah mantan Ketua SATGAS PDIP Jatim di masa Tragedi Kudatuli, dan secara langsung ikut mengawal dan membentengi kediaman Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Untuk diketahui, acara peringatan terssbit dihadiri unsur sayap PDIP Bamusi, Taruna Merah Putih (TMP), Banteng Muda Indonesia (BMI), Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem), Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GANTI) serta ratusan kader dan tokoh muda.
Acara juga diisi dengan doa dan bacaan Tahlil, testimoni saksi sejarah dan pemutaran Film Tragedi Kudatuli serta sarasehan.
Rif/Nji
Di depan ratusan peserta dari berbagai elemen sayap partai, Plt Bupati Nganjuk yang juga kader PDIP Jatim, Marhaen Djumadi, mengulas refleksi dari tragedi sejarah di masa lampau yang pernah menimpa partai berlambang banteng tersebut. Ia tampak didampingi Sekretaris DPD PDIP Jawa Timur Sri Untari dan Tokoh peristiwa Kidatuli asal Nganjuk Mbah Susilo Muslim.
"Jangan pernah lupakan sejarah, Jas Merah harus kita pegang erat hingga tetes darah penghabisan," ujar Kang Marhaen, sapaan Marhaen Djumadi di depan hadirin.
Lebih lanjut Kang Marhaen mengatakan, PDI Perjuangan menjadi rumah besar rakyat dari berbagai suku agama dan ras. Karenanya Ia mengajak semua warga untuk bersama-sama menyatukan tekad mengokohkan Pancasila sebagai Falsafah hidup.
"Insya Allah bersama rakyat PDI Perjuangan akan hetrik menang kembali di 2024," ujar Kang Marhaen disambut tepuk tangan dan pekikan merdeka.
Sri Untari, Sekretaris PDIP Jatim menambahkan, eksistensi partai Marhaenis hingga hari ini adalah berkah perjuangan para pendahulu yang gigih memperjuangkan Idiologi Pancasila.
"Mati urip sampek gepeng pancet banteng," tegas politikus wanita yang juga Ketua Fraksi DPRD Jatim tersebut, disambut riuh tepuh tangan hadirin.
Adapun Mbah Susilo Muslim juga menyampaikan testimoni pengalamannya pelaku sejarah saat peristiwa Kudatuli terjadi pada 1996 silam.
"Saya saksi hidup pembela Bu Mega hingga darah terakhir," ungkap Mbah Muslim.
Ia juga adalah mantan Ketua SATGAS PDIP Jatim di masa Tragedi Kudatuli, dan secara langsung ikut mengawal dan membentengi kediaman Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Untuk diketahui, acara peringatan terssbit dihadiri unsur sayap PDIP Bamusi, Taruna Merah Putih (TMP), Banteng Muda Indonesia (BMI), Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem), Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GANTI) serta ratusan kader dan tokoh muda.
Acara juga diisi dengan doa dan bacaan Tahlil, testimoni saksi sejarah dan pemutaran Film Tragedi Kudatuli serta sarasehan.
Rif/Nji
0 komentar:
Post a Comment