Kacabdindik Jatim wilayah Kediri Adi Prayitno S.Pd, M.M, dan keluarga berfoto bersama ratusan anak yatim-lansia penerima santunan, Sabtu (6/4/2024) |
Pada Sabtu (6/4/2024), atau malam ke-27 Ramadhan, Adi Prayitno berbagi kebahagiaan bersama ratusan anak yatim-piatu dan warga lanjut usia (lansia) di lingkungan tempat tinggalnya, di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk.
Tak kurang dari 114 anak yatim dan lansia yang diundang secara khusus oleh Adi Prayitno dan istri, Minarti S.Pd., M.Pd, beserta keluarga, di pendopo kediaman pribadi Adi Prayitno.
Anak-anak yatim dan lansia dhuafa itu masing-masing mendapat paket bingkisan lebaran dan santunan.
Wajah mereka seketika semringah usai menerima bingkisan dan santunan. Mengingat, tidak lama lagi akan merayakan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriyah.
Berbagi di Bulan Ramadhan menurut Adi Prayitno adalah bentuk pelaksanaan "Hablun Minallah wa Hablum Minannas" |
"Alhamdulilah, bersyukur kepada Allah, pada Ramadhan 1445 Hijriyah ini, kami sekeluarga diberi kesempatan untuk bersilaturahmi dan berbagi santunan kepada adik-adik yatim-piatu dan lansia duafa," ujar Adi Prayitno.
Menurut Adi, apa yang dilakukannya ini tak lain sebagai bentuk kepedulian, agar anak-anak yatim dan para lansia bisa ikut merasakan kebahagiaan di Bulan Ramadhan dan bersukacita menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Lebih lanjut Adi Prayitno menjelaskan, puasa adalah ibadah yang memiliki relasi vertikal dan horizontal. Dalam kaidah Islam, kata dia, dikenal istilah Hablun Minallah Wa Hablun Minannas.
"Puasa di satu sisi menjadi ibadah untuk memupuk ketaatan kepada Tuhan, dan di sisi yang lain puasa juga memiliki prinsip egaliter dalam masyarakat," ungkap Adi.
Puasa, lanjut Adi, memiliki nilai moral dan tanggung jawab sosial. Zakat, infak, dan sedekah, misalnya, memiliki hikmah memberantas egoisme, kekikiran, dan mengentaskan kemiskinan.
"Karena itu, agenda santunan kami ini tak jauh dari prinsip tersebut," imbuhnya.
Puasa Ramadhan menurut Adi Prayitno juga menjadi penanda atas kepekaan sosial untuk membantu masyarakat sekeliling.
"Problem sosial dalam masyarakat menjadi perhatian serius, terutama dalam hal membantu menunjang kesejahteraan sesama. Puasa ini menjadi momentumnya," tutur Adi.
Iapun berpendapat, bahwa Puasa Ramadhan harusnya menjadi momentum tobat sosial agar lebih peduli dan dekat dengan wong cilik. Kasus seperti diskriminasi, perampasan hak, adu domba, dan sebagainya, harus menjadi koreksi bersama. Bagaimanapun, lanjutnya, puasa tidak sekadar menjadi ibadah ritual tahunan, tetapi juga ibadah sosial.
"Kita harus konsisten berkomitmen untuk membantu saudara kita yang membutuhkan, utamanya dalam bidang sosial dan kesejahteraan. Semoga ikhtiar ini menjadi ibadah untuk mendapatkan keberkahan dan menebar kebahagian untuk sesama," pungkas Adi.
Rif/Pas/2024
Menurut Adi, apa yang dilakukannya ini tak lain sebagai bentuk kepedulian, agar anak-anak yatim dan para lansia bisa ikut merasakan kebahagiaan di Bulan Ramadhan dan bersukacita menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Lebih lanjut Adi Prayitno menjelaskan, puasa adalah ibadah yang memiliki relasi vertikal dan horizontal. Dalam kaidah Islam, kata dia, dikenal istilah Hablun Minallah Wa Hablun Minannas.
"Puasa di satu sisi menjadi ibadah untuk memupuk ketaatan kepada Tuhan, dan di sisi yang lain puasa juga memiliki prinsip egaliter dalam masyarakat," ungkap Adi.
Puasa, lanjut Adi, memiliki nilai moral dan tanggung jawab sosial. Zakat, infak, dan sedekah, misalnya, memiliki hikmah memberantas egoisme, kekikiran, dan mengentaskan kemiskinan.
"Karena itu, agenda santunan kami ini tak jauh dari prinsip tersebut," imbuhnya.
Puasa Ramadhan menurut Adi Prayitno juga menjadi penanda atas kepekaan sosial untuk membantu masyarakat sekeliling.
Adi Prayitno dan keluarga menyalami satu-persatu anak-anak dan lansia yang menerima santunan |
"Problem sosial dalam masyarakat menjadi perhatian serius, terutama dalam hal membantu menunjang kesejahteraan sesama. Puasa ini menjadi momentumnya," tutur Adi.
Iapun berpendapat, bahwa Puasa Ramadhan harusnya menjadi momentum tobat sosial agar lebih peduli dan dekat dengan wong cilik. Kasus seperti diskriminasi, perampasan hak, adu domba, dan sebagainya, harus menjadi koreksi bersama. Bagaimanapun, lanjutnya, puasa tidak sekadar menjadi ibadah ritual tahunan, tetapi juga ibadah sosial.
"Kita harus konsisten berkomitmen untuk membantu saudara kita yang membutuhkan, utamanya dalam bidang sosial dan kesejahteraan. Semoga ikhtiar ini menjadi ibadah untuk mendapatkan keberkahan dan menebar kebahagian untuk sesama," pungkas Adi.
Rif/Pas/2024
0 komentar:
Post a Comment