Dr Wahju: Masyarakat Indonesia Menunggu Pemimpin yang Mumpuni dan Ngopeni

Dr Wahju Prijo Djatmiko SH, M.Hum, M.Sc. pemerhati hukum dan kebijakan pemerintah
Ahad 9 Februari 2025

NGANJUK, matakamera.net - Menjadi seorang pemimpin sepatutnya memiliki kualifikasi mumpuni dan ngopeni terhadap semua yang dipimpin dengan tak pandang bulu.

Faset mumpuni mengandung pengertian bahwa yang bersangkutan memiliki kompetensi (menguasai) bidang tugasnya baik itu pada layer teoritik maupun pragmatiknya (aplikasinya).

Figur yang mumpuni cenderung bercirikan sembada dan sumbut serta mrantasi. Jadi tidak dalam ranah naratif saja tapi mampu mewujudkan adanya perubahan yang berarti terhadap yang dipimpinnya (masyarakat) sehingga semakin sejahtera, guyub-rukun dan berdaya.

Untuk mewujudkan ideal tersebut dalam sanubarinya tertanam semangat melayani terhadap yang dipimpin sehingga berorientasi ke mereka-an (yang dipimpin) bukan ke aku-an (diri, keluarga dan kroninya).

Menurut pemerhati hukum dan kebijakan pemerintah, Dr. Wahju Prijo Djatmiko, S.H., M.Hum., M.Sc., paradigma kepemimpinan kekinian tersebut dalam ilmu Manajemen disebut sebagai ‘servant leadership’.

"Pemimpin harus memiliki tanggung jawab terhadap anak buah atau masyarakatnya, baik tanggung jawab lahir maupun batin," ujar lawyer yang sering menangani kasus hukum internasional tersebut, Ahad (9/02/2025).

Pemimpin menurut dr Wahju sudah sepatutnya memiliki kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan untuk membimbing serta mempengaruhi semua sumber daya manusia (SDM) dalam kekuasaannya guna mencapai visi, misi dan program kerja yang hendak dicapai.

Oleh karena itu, seorang pemimpin tadi sedapat mungkin berperan sebagai penentu arah bagi SDM dalam lingkup kekuasaannya dan sebisa mungkin menjadi agen perubahan, juru bicara dan pelatih bagi semua yang dipimpin.

Berperan tidaknya seorang pemimpin dalam mensukseskan organisasi tercermin pada gaya kepemimpinan yang diterapkan untuk mempengaruhi para pengikutnya.

Gaya kepemimpinan yang dimaksud adalah gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan pengikutnya dengan maksud mampu membuat pengikutnya beraksi bersama-sama untuk mencapai tujuan organisasi.

Pemimpin itu panutan, pengayom, dan pengambil keputusan. Ia senatiasa berdiri di baris terdepan dalam menciptakan terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Satu hal yang harus dicatat bahwa masyarakat berharap tokoh yang diyakini sebagai sosok pemimpin ideal bisa membawa perubahan keadaan kearah lebih baik daripada sebelumnya sebagai akibat pola kebijakan yang diambil pasca terpilihnya figur tersebut sebagai pemimpin.

Hal ini berlaku pula dalam tingkat pemerintahan desa hingga provinsi bahkan pada level nasional sekalipun.

Harapan sosial ini cukup riskan dan bisa menimbulkan kekecewaan masyarakat terhadap pemimpin bila ternyata kehadirannya tidak membawa perubahan, terlebih bila menjadikan peri-kehidupan semakin berkurang kualitasnya.

Disamping itu, terdapat aspek yang dirindukan kehadirannya secara konsisten di lingkungan masyarakat seperti integritas, keadilan, dan tanggung jawab.

Karakteristik pemimpin yang positif mampu menciptakan optimisme masyarakat dalam menatap masa depan. Di samping itu, kepemimpinan yang dilandasi oleh fondasi karakter berbudi luhur diperlukan dalam menghadapi dinamika zaman yang cepat berubah.

Servant leadership adalah potret interaksi antara pemimpin dan yang dipimpin, dimana pemimpin memberikan pengaruh dengan pertama-tama melayani, mendengarkan dan melihat kebutuhan mereka yang dipimpin untuk bertumbuh dan berkembang mencapai potensi tertinggi bersama-sama dalam upaya mencapai tujuan bersama dalam sebuah masyarakat atau organisasi.

Dr Wahju menjelaskan, ada enam karakteristik utama dari paradigma kepemimpinan ini yaitu, empowerment (memberdayakan yang dipimpin), accountability (bertanggung jawab atas tindakan dan keputusannya), standing back (memberi ruang bagi yang dipimpin untuk berkembang), humility (bersikap rendah hati dalam kepemimpinan), authenticity (menjadi pemimpin yang jujur dan tulus), courage (berani mengambil keputusan dan mengelola sumber daya dengan bijak), interpersonal acceptance (bisa menerima kepribadian yang bermacam-macam), dan stewardship (pengelolaan yang bertanggung jawab).

Dengan menerapkan prinsip-prinsip di atas, seorang pemimpin dapat menjadi panutan yang tidak hanya memberikan arahan, tetapi juga menginspirasi dan membangun masyarakat untuk lebih maju, sejahtera, dan harmonis.

“Selamat datang kepada Ibu Khofifah Indar Parawansa dan Bapak Emil Elestianto Dardak sebagai pemimpin bagi masyarakat Jawa Timur, serta sugeng berbakti bagi Bapak Marhaen Djumadi dan Bapak Trihandy Cahyo Saputro sebagai pemimpin untuk masyarakat Nganjuk. Semoga sukses dalam mengemban amanah, membawa perubahan yang positif, serta mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan bagi seluruh masyarakat," ujar Doktor Ilmu Hukum Pidana, alumnus Universitas Diponegoro (Undip) tersebut.

Rif/Pas/2025
Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Comments System