Hari Jadi ke-1088 Nganjuk, Kang Marhaen-Mas Handy Gelar Upacara hingga Prosesi Manusuk Sima

Kamis 10 April 2025

NGANJUK, matakamera.net - 10 April menjadi tanggal yang bersejarah bagi masyarakat dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nganjuk. Seperti halnya pada Kamis (10/4/2025), ketika diperingati Hari Jadi daerah berjuluk Bumi Anjuk Ladang ini yang ke-1088.

Sebagai rangkaian peringatannya, Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi dan Wakil Bupati Trihandy Cahyo Saputro menggelar Upacara peringatan Hari Jadi Ke-1088 Nganjuk di Alun-Alun Kabupaten Nganjuk pada Kamis (10/4/2025) pagi pukul 07.30 WIB.

Dalam sambutannya, Kang Marhaen menekankan bahwa usia 1088 tahun bukanlah usia yang singkat. Nganjuk tercatat sebagai salah satu daerah tertua di Jawa Timur setelah Kota Kediri dan Kabupaten Pasuruan.

“Hari ini adalah hari yang istimewa bagi seluruh masyarakat Nganjuk. Menginjak usia 1088 tahun, Nganjuk telah menjadi saksi sejarah panjang. Di Jawa Timur, kita termasuk yang tertua setelah Kediri dan Pasuruan,” ungkap Kang Marhaen.


Ia berharap, peringatan ini menjadi refleksi atas sejarah Nganjuk sebagai Anjuk Ladang, yang bermakna “tanah kemenangan,” dan menumbuhkan semangat pantang menyerah serta mental juara bagi seluruh masyarakat.


Lebih lanjut, Kang Marhaen menegaskan pentingnya peringatan ini sebagai titik awal untuk mengakselerasi pembangunan di berbagai sektor, termasuk ekonomi, kualitas SDM, kesehatan, dan pelayanan publik.
“Pada tahun 2024, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nganjuk berada di angka 4,93 persen. Meskipun sedikit menurun dari tahun sebelumnya sebesar 5,40 persen, ini menjadi tantangan bagi kita untuk terus berupaya lebih keras di tahun ini,” jelasnya.

Dari sisi makro ekonomi, PDRB Kabupaten Nganjuk berada di kisaran Rp30–32 triliun per tahun, dengan pendapatan per kapita sekitar Rp30 juta per tahun atau Rp2,5 juta per bulan, melampaui UMK. Sektor ketenagakerjaan juga menunjukkan tren positif dengan penurunan tingkat pengangguran terbuka dari 4 persen menjadi 3 persen, dan target selanjutnya adalah 1,5–2 persen. Angka kemiskinan juga berhasil diturunkan dari 11 persen menjadi 10 persen.

“Ini adalah buah dari kerja keras seluruh elemen masyarakat. Kita juga terus mendorong pengembangan Kawasan Industri Nganjuk (KING) dengan mempermudah perizinan dan telah mengajukan lahan seluas 1.200 hektare kepada pemerintah pusat untuk pengembangan industri,” imbuhnya.

Di akhir sambutannya, Kang Marhaen mengajak seluruh masyarakat untuk bersatu padu membangun Nganjuk. “Dulu kita memiliki semangat ‘Nganjuk Bangkit’. Kini, saatnya kita ‘gaspol’ untuk mewujudkan ‘Nganjuk Melesat’, menjadi kabupaten yang semakin maju dan masyarakatnya semakin sejahtera,” pungkasnya.


Upacara tersebut dihadiri oleh Sekretaris Daerah, Forkopimda, Ketua dan anggota DPRD, Bakorwil Bojonegoro, serta perwakilan dari daerah tetangga seperti Bojonegoro, Jombang, Kediri, dan Madiun. Turut hadir pula para kepala perangkat daerah, camat, pimpinan instansi vertikal, dan perbankan se-Kabupaten Nganjuk. Acara diakhiri dengan penyerahan penghargaan kepada siswa dan guru berprestasi tingkat provinsi dan nasional.


Usai menggelar upacara, masih dalam rangkaian peringatan Hari Jadi ke-1088, Kang Marhaen dan Mas Handy juga menghadiri prosesi Manusuk Sima Bumi Swatantra Anjuk Ladang di Kompleks Candi Lor, Desa Candirejo, Kecamatan Loceret, sekitar pukul 10.00 WIB.

Prosesi Manusuk Sima merupakan simbol pemberian tanah perdikan, mengenang peristiwa yang dilakukan oleh Mpu Sindok kepada Mpu Anjuk Ladang. Tradisi ini melambangkan pembebasan pajak dan memiliki makna penting dalam sejarah masyarakat Nganjuk.

Upacara ini bukan hanya penghormatan kepada leluhur, tetapi juga bagian esensial dalam merayakan Hari Jadi Nganjuk.

Penetapan Hari Jadi Nganjuk sendiri merujuk pada Prasasti Anjuk Ladang, atau Jayastamba, yang mencatat prosesi Manusuk Sima. Prasasti ini menjadi bukti sejarah dan memperkuat tradisi budaya dalam perayaan ini.

"Ya, prosesi Manusuk Sima pertama kali dilaksanakan di Candi Lor ini pada tanggal 10 April 937 Masehi. Jadi, acara hari ini adalah bagian dari peringatan peristiwa penting yang menjadi tonggak berdirinya Nganjuk," jelas Kang Marhaen usai mengikuti prosesi.

Ia meluruskan bahwa Manusuk Sima pada hakikatnya adalah momen doa bersama untuk keselamatan masyarakat Nganjuk.

"Prosesi Manusuk Sima itu sebenarnya hanya terjadi satu kali, yaitu pada 10 April 937 Masehi. Setelah itu, yang kita lakukan setiap tahun adalah doa bersama sebagai wujud syukur dan permohonan keselamatan bagi kita semua," tegasnya.

Kang Marhaen juga mengambil pelajaran berharga dari sejarah berdirinya Nganjuk. Ia menyampaikan bahwa kepemimpinan yang taat kepada negara adalah kunci keberhasilan.

Pemimpin yang mencintai negara akan dicintai rakyatnya. Selain itu, koordinasi, komunikasi, dan semangat kebersamaan menjadi kunci dalam menghadapi berbagai tantangan.

“Ini tidak terlepas dari kultur dan budaya yang tumbuh di Nganjuk. Mari, saatnya Nganjuk nyawiji, bersatu dan tumbuh menjadi Nganjuk yang melesat, maju, dan sejahtera,” ajaknya.

Ia berharap prosesi Manusuk Sima dapat terus dilestarikan dan menjadi agenda tahunan, sehingga nilai sejarahnya terus dipahami oleh generasi mendatang dan memberikan dampak positif bagi hiburan serta pengembangan pariwisata lokal.

Acara tersebut juga dihadiri oleh Wakil Bupati Nganjuk Trihandy Cahyo Saputro beserta istri, jajaran Forkopimda Kabupaten Nganjuk, staf ahli bupati, asisten pemerintahan, kepala OPD, camat, serta tamu undangan lainnya.

Rif/Pas/ads/2025
Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Comments System